environment

environment

Gg1

Rabu, 09 Desember 2009

Terapi dan Diet Anak Penderita Autisme

http://medicastore.com/artikel/287/Terapi_dan_Diet_Anak_Penderita_Autisme.html
30-11-2009 | Bekti-medicastore.com
Diambil dari berbagai sumber

Autisme
adalah gangguan perkembangan komplek yang biasanya mulai terlihat pada
3 tahun pertama usia bayi serta dapat mempengaruhi kemampuan untuk
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Autisme biasanya
dijelaskan dengan beberapa tingkah laku tertentu. Belum diketahui
dengan pasti penyebab tunggal dari autisme, tetapi dengan semakin
banyaknya penelitian yang dilakukan diharapkan dapat lebih membantu
keluarga yang mempunyai anggota keluarga penderita autisme.

Autisme menyebabkan anak bertingkah laku yang tidak lazim, bisa berupa
menepuk-nepuk tangan, mengucapkan kata yang sama berulang-ulang,
mempunyai temperamen yang pemarah atau hanya bermain dengan 1 mainan
saja. Kebanyakan anak yang menderita autisme tidak menyukai perubahan
dalam kesehariannya. Anak-anak tersebut menyukai jadwal yang selalu
sama dan mungkin juga bersikeras supaya mainan atau benda tertentu
diatur sedemikian rupa dan menjadi marah bila benda tersebut dirubah
atau dipindahkan.

Jika seseorang menderita autisme maka otaknya mempunyai masalah untuk
dapat memahami lingkungan sekitarnya. Setiap hari otak manusia akan
menterjemahkan penglihatan, suara, penciuman dan hal lain yang dialami
oleh tubuh. Jika otak tidak mampu untuk membantu memahami hal-hal
tersebut, maka kita akan mengalami kesulitan untuk berfungsi,
berbicara, bepergian ataupun menjalankan aktiftas sehari-hari.


Untuk
menentukan apakah seorang anak menderita autisme atau tidak, sangatlah
sulit. Orang tua terkadang merupakan orang pertama yang mengetahui
apabila terjadi masalah pada anak, misalnya anak belum juga berbicara
pada seusianya, tidak terlalu tertarik terhadap orang lain, atau
bertingkah laku yang tak biasanya. Tetapi gejala tersebut tidak bisa
langsung dihubungkan dengan autisme, karena misalnya anak yang lambat
berbicara bisa jadi karena mempunyai masalah pendengaran.

Seringkali para spesialis harus bekerjasama dalam sebuah tim untuk
dapat mencari tahu apa penyebabnya. Para spesialis tersebut bisa
termasuk, dokter anak, dokter syaraf anak, psikiater, tenaga psikolog
anak, tenaga terapi wicara anak, fisioterapis, dll. Tim tersebut akan
mempelajari saat anak bermain, belajar, berkomunikasi dan bertingkah
laku. Para tim juga akan memperhatikan catatan dari orang tua.
Berdasarkan informasi-informasi tersebut, dokter akan dapat memutuskan
apakah seorang anak menderita autisme atau masalah lain.

Salah satu masalah dalam penanganan penderita autisme adalah tidak
adanya standar baku dalam hal terapi untuk autisme. Hal ini karena
penyebab autisme sendiri tidak banyak diketahui, terlebih lagi tiap
penderita biasanya menunjukan hal yang berbeda-beda baik secara fisik,
emosional, tingkah laku dan masalah sosial. Walaupun demikian di dalam
literatur sendiri dapat ditemukan berbagai jenis terapi untuk mengatasi
masalah autisme.

Berikut adalah beberapa jenis terapi yang digunakan untuk menangani autisme :
* Analisa tingkah laku (Applied Behavioral Analysis (ABA))
Terapi
ini merupakan terapi yang tertua dan paling banyak diteliti serta
dikembangkan untuk autisme. Terapi ABA ini merupakan sistem pelatihan
intensif dengan menggunakan hadiah yang berfokus terhadap sistem
pengajaran tertentu.
* Terapi wicara
Hampir
semua penderita autisme mempunyai masalah bicara ataupun bahasa
sehingga diharapkan dengan terapi bicara ataupun berbahasa dapat
membantu penderita autism untuk berkomunikasi dengan orang lain.
* Terapi okupasi
Terapi
okupasi berfokus untuk membentuk kemampuan hidup sehari-hari. Karena
kebanyakan penderita autisme mengalami perkembangan motorik yang
lambat, maka terapi okupasi sangatlah penting. Seorang terapis okupasi
juga dapat memberikan latihan sensorik terintegrasi, yaitu suatu teknik
yang dapat membantu penderita autisme untuk mengatasi hipersensitifitas
terhadap suara, cahaya maupun sentuhan.
* Terapi kemampuan sosial
Salah
satu akibat dari autisme adalah sedikitnya kemampuan sosial dan
komunikasi. Banyak anak yang menderita autisme memerlukan bantuan untuk
menciptakan kemampuan supaya dapat mempertahankan percakapan,
berhubungan dengan teman baru atau bahkan mengenal tempat bermainnya.
Seorang terapis kemampuan sosial dapat membantu untuk menciptakan atau
menfasilitasi terjadinya interaksi sosial.
* Terapi fisik/fisioterapi
Autisme
merupakan perkembangan perfasif yang lambat. Banyak penderita autisme
yang memiliki penundaan perkembangan motorik dan beberapa mempunyai
massa otot yang rendah (lemah). Terapi fisik dapat melatih kekuatan,
koordinasi dan kemampuan dasar berolahraga.
* Terapi bermain
Walaupun
terdengar aneh, tetapi anak penderita autisme memerlukan bantuan untuk
bermain. Bermain juga dapat digunakan sebagai alat untuk melatih
percakapan, kemampuan berkomunikasi dan sosial. Terapi bermain ini
dapat digabungkan dengan terapi berbicara, terapi okupasi dan terapi
fisik.
* Terapi tingkah laku
Anak
yang menderita autisme seringkali terlihat frustasi. Mereka kesulitan
untuk mengkomunikasikan kebutuhan mereka dan menderita akibat
hipersensitifitas terhadap suara, cahaya ataupun sentuhan sehingga
terkadang mereka berlaku kasar atau mengganggu. Seorang terapis tingkah
laku dilatih untuk dapat mengetahui penyebab dibalik prilaku negative
tersebut dan merekomendasikan perubahan terhadap lingkungan ataupun
keseharian anak untuk dapat memperbaiki tingkah lakunya.
* Terapi Perkembangan
Terapi
perkembangan atau developmental therapies bertujuan untuk membangun
minat, kekuatan dan perkembangan anak sendiri untuk meningkatkan
kemampuan kecerdasan, emosional dan sosialnya. Terapi perkembangan
seringkali bertolak belakang dengan terapi tingkah laku, yang biasanya
paling baik dilakukan untuk mengajarkan keterampilan khusus pada anak,
seperti misalnya mengikat tali sepatu atau menggosok gigi dll.
* Terapi visual
Banyak
penderita autisme merupakan pemikir visual, sehingga metode
pembelajaran berkomunikasi melalui gambar dapat dilakukan. Salah satu
caranya adalah melalui PECS (Picture Exchange Communication). Selain
itu pembelajaran melalui video juga dapat dilakukan baik dengan video
modeling, video games ataupun sistem komunikasi elektronik lain. Metode
ini dapat menampung kelebihan penderita autisme di bidang visual untuk
digunakan membangun keterampilan dan komunikasinya.
* Terapi Biomedis
Terapi
biomedis termasuk juga penggunaan obat-obatan untuk penanganan autisme,
walaupun kebanyakan perawatan biomedis yang dilakukan berdasarkan
metode pendekatan DAN (Defeat Autism Now). Dokter yang telah menjalani
pelatihan mengenai metode DAN ini akan menentukan diet khusus,
supplement ataupun perawatan alternative lain untuk penanganan
penderita autisme. Di AS sendiri perawatan ini belum mendapatkan
persetujuan dari FDA (Food dan Drug Administration) ataupun CDC (Center
for Disease Control) walaupun banyak cerita anekdot yang melaporkan
hasil positif dari terapi tersebut. Jika memang berniat untuk
berkonsultasi dengan praktisi DAN, pastikan orang tersebut berlatar
belakang kedokteran.
Autisme merupakan kelainan otak yang kompleks yang belum diketahui
obatnya. Oleh sebab itu, Keluarga penderita autisme banyak yang
tertarik untuk melakukan metode alternative lain, seperti pengaturan
makanan ataupun nutrisi makanan yang dapat membantu menangani gejala
autisme.

Menghilangkan
gluten (protein yang terdapat pada tepung terigu, gandum atau oats) dan
casein (protein yang terdapat pada produk susu dan olahannya) yang
biasa disebut dengan diet GFCF (Gluten Free, Casein Free) merupakan
salah satu diet yang popular untuk mengatasi gejala autisme. Hal ini
berdasarkan hipotesa bahwa protein tersebut diserap secara berbeda pada
anak yang menderita autisme dan bereaksi menyerupai reaksi opiat di
otak, hipotesa tersebut bukanlah berdasarkan reaksi alergi. Baik
hipotesa ataupun efektivitas dari terapi tersebut belum mempunyai dasar
penelitian yang ilmiah dan penelitian lain pun masih banyak dilakukan
di berbagai tempat. Meskipun demikian banyak keluarga yang melaporkan
bahwa program diet penghilangan gluten dan casein tersebut dapat
membantu beberapa hal seperti BAB, tidur, aktifitas dan tingkah laku
anak menjadi lebih teratur serta meningkatkan kemajuan individu dari
anak.

Apabila ingin menjalankan diet tersebut para orang
tua sebaiknya tetap berpatokan kepada panduan gizi dasar bagi anak,
seperti misalnya dengan menghilangkan konsumsi susu akan berakibat
berkurangnya asupan kalsium bagi tubuh sehingga harus diberikan sumber
alternative lain karena kalsium sangat penting bagi pertumbuhan tulang
anak. Disarankan juga untuk para orangtua agar berkonsultasi dengan
dokter atau ahli gizi terlebih dahulu apabila ingin menjalankan diet
atau pembatasan makanan pada anak. Tenaga kesehatan tersebut juga dapat
membantu memilihkan program diet yang tepat dan sesuai bagi pertumbuhan
dan perkembangan anak termasuk pemilihan menu makan yang seimbang.

1 komentar:

sekolah autisme al-ihsan mengatakan...

Kami adalah Sekolah Khusus dan Terapi Autisme Al-ihsan, yang menyelenggarakan pendidikan SD, SMP, SMA, dan Terapi untuk anak berkebutuhan khusus (autisme). Info lebih lanjut klik www.sekolahautismeal-ihsan.com