environment

environment

Gg1

Rabu, 09 Desember 2009

Autisme - Diet & Terapi

umat, 22 Agustus, 2003 oleh: Siswono
Ragam Diet Sehat
Gizi.net - Menerima kenyataan bahwa anak yang dilahirkan mengalami kelainan, bukan
hanya fisik, tapi juga mental, seperti pada kasus anak autis, bukanlah
persoalan mudah. Autisme, atau juga disebut dengan Autistic Spectrum
Disorder (ASD), hingga kini belum diketahui secara pasti penyebabnya.

Sampai
saat ini penelitian tentang faktor penyebab ASD masih terus berjalan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami autisme ternyata
alergi terhadap makanan tertentu.

Dokter Sjawitri Siregar,
Sp.A., dari Subbagian Alergi Imunologi Klinik, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI Jakarta, menyatakan bahwa makanan tertentu, terutama yang
mengandung peptida, dapat memberikan efek toksik pada sistem saraf
sentral. Karena memberi efek toksik, makanan jenis tersebut sangat
tidak dianjurkan dikonsumsi oleh anak ASD. Itu sebabnya, intervensi
diet penting diterapkan untuk anak ASD.

Pengalaman Dr. Rini
Parmadji Susilo, Sp.JP., spesialis jantung dari Pusat Jantung Nasional
Harapan Kita Jakarta, dalam memberi diet kepada putranya, Dito, yang
mengalami ASD, bisa menjadi bahan pertimbangan.

Dalam
pemaparan pada Konferensi Nasional Autisme I, awal Juli lalu di
Jakarta, Dr. Rini menerangkan pentingnya intervensi diet untuk anak
ASD.
Menurutnya, intervensi diet tersebut dimaksudkan untuk
menghilangkan gejala autisme, menghentikan atau menunda proses
degeneratif yang sedang berlangsung, meningkatkan kualitas hidup, serta
memberikan status nutrisi yang baik bagi penyandang ASD. Kemudian,
selain melakukan terapi lain untuk ASD, Dr. Rini juga menerapkan terapi
gizi bagi putranya.

Diet mulai diterapkan saat Dito berusia 17 bulan, dua minggu setelah didiagnosis ASD. Diet yang dijalankan meliputi:

Diet bebas gluten dan casein

Diet
ini dimulai dengan menghindarkan semua produk yang mengandung gluten
seperti biskuit, mi, roti dan makanan kemasan lain dari terigu. Casein
biasanya diperoleh dari makanan atau minuman yang mengandung susu sapi,
seperti keju, mozarella, butter, atau permen.

Diet bebas gula

Cara
yang dilakukan adalah dengan membatasi asupan gula murni. Asupan ini
terutama yang berasal dari gula pasir, sirup, minuman berkarbonasi, dan
jus buah dalam kemasan. Sebagai gantinya, Dr. Rini menggunakan gula
stevia dan xylitol secara bergantian.
Bila kedua jenis gula
tersebut tidak tersedia, ia menggantinya dengan gula jagung atau
sorbitol. Ia pernah mencoba gula buah (fruktosa), namun hasilnya tidak
memuaskan. Gula palem masih dipergunakan, tapi dalam jumlah sangat
sedikit. Gula tersebut biasanya digunakan dalam pembuatan kue.
Penggunaan aspartam, menurutnya, sangat tidak dianjurkan untuk penderita ASD.

Diet bebas jamur

Diet
ini bertujuan untuk mencegah timbulnya kembali infeksi jamur dalam
usus. Sesuai namanya, semua jenis makanan yang diolah dengan proses
fermentasi seperti kecap, tauco, keju, serta kue yang dibuat dengan
menggunakan soda pengembang, vermipan, atau sejenisnya, tidak
diberikan. Begitu juga makanan yang sudah lama disimpan atau
buah-buahan yang dikeringkan.

Diet bebas zat aditif

Zat
aditif ini termasuk pewarna, penambah rasa (MSG atau monosodium
glutamate), pengawet, pengemulsi, dan lain-lain. Makanan olahan seperti
sosis, kornet, ayam nugget, sama sekali tidak diberikan kepada Dito.
Sebagai gantinya, untuk memberi warna pada makanan, digunakan pewarna alami seperti daun pandan, daun suji, kunyit, dan bit.

Diet bebas fenol dan salisilat

Fenol
terkandung dalam buah-buahan berwarna cerah seperti anggur, ceri, prun,
plum, apel, almond, dan lain-lain, sedangkan salisilat terdapat pada
jeruk dan tomat. Warna cerah pada pepaya, mangga, bit, serta wortel
bukanlah fenol, tapi betakaroten, sehingga aman dikonsumsi Dito.

Diet rotasi dan eliminasi

Dokter
Rini menjalankan diet rotasi setelah melakukan tes sensitivitas makanan
IgG. Makanan dengan hasil IgG tinggi (ditandai dengan tanda dua atau
tiga bintang) akan dihilangkan, seperti terigu, susu sapi, dan brokoli.
Untuk hasil IgG rendah (ditandai dengan tanda satu bintang) tetap
diberikan dengan rotasi makan minimal empat hari.
Ia menyarankan
agar orangtua membuat catatan harian terhadap makanan yang diasup
penderita ASD setiap harinya dan efek yang ditimbulkannya.


Konsumsi makanan

Penderita
ASD dianjurkan untuk minum air mineral kemasan atau air yang telah
melalui penyaringan, minimal delapan gelas sehari. Berikan buah pepaya,
kiwi, dan nanas untuk pencernaannya. Peralatan memasak dipilih dari
bahan stainless steel atau kaca (pyrex).

Suplemen makanan

Anak
ASD umumnya mengalami defisiensi vitamin dan mineral akibat perlakuan
diet yang cukup ketat. Dengan demikian, dibutuhkan suplemen makanan
seperti kalsium, magnesium, zinc, selenium, vitamin A, B6, C, E, asam
lemak esensial, asam amino, kolostrum, enzim, probiotik,
methylsulfonylmethane, ubiquinone, yeast control, biotin, taurin, dan
reduced L-glutathione.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa
pemberian diet terhadap anak ASD bersifat individual. Diet yang
diberikan Dr. Rini terhadap putranya, Dito, bisa tidak sama dengan diet
terhadap anak lain yang juga mengalami ASD. Itu sebabnya, konsultasi
terhadap dokter gizi serta dokter anak sangat diperlukan.

Jangan lupa untuk selalu membuat daftar makanan yang dikonsumsi oleh anak ASD dan efek yang ditimbulkannya. @

Sumber: http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0308/01/gizi2.htm

Tidak ada komentar: