environment

environment

Gg1

Rabu, 30 Juni 2010

Umur 50 Tahun Tidak Punya Tabungan?

Umur 50 Tahun Tidak Punya Tabungan?
WEDNESDAY, 30 JUNE 2010
Total View : 210 times

Anda berumur 50 tahun dan tidak memiliki tabungan sedikitpun? Hal ini adalah mimpi buruk bagi mereka yang sudah mendekati masa pensiun. Tapi jika Anda mengalami hal ini, bukan berarti Anda tidak miliki harapan. Tidak ada kata terlambat untuk memulai, mulailah dengan membuat tindakan yang tepat.

Temukan masalahnya dan perbaiki

Hal pertama adalah temukan apa yang membuat Anda dalam keadaan bankrupt dalam usia 50 an tahun, dan bagaimana mengatasinya. Hal ini bisa dikarenakan masalah kesehatan yang menguras semua tabungan Anda, atau juga karena gagal dalam sebuah investasi.

Selain itu, masalah keuangan Anda bisa disebabkan karena terlalu murah hati, atau karena kurang menabung. Beberapa orang lebih memilih membeli mobil baru, barang elektronik terbaru atau liburan yang menyenangkan dari pada menabung.

Jalan keluarnya adalah mengendalikan pengeluaran Anda, dan fokus untuk menabung. Kalau Anda gagal dalam sebuah investasi, hal ini menunjukkan bahwa Anda terlalu berani mengambil resiko dan tidak cukup melakukan diversifikasi.

Ubah rencana Anda

Jika Anda dalam keadaan tidak memiliki uang dalam usia 50 tahun, maka sudah waktunya untuk mengubah rencana Anda. Bagi kebanyakan orang, usia 50 tahun adalah titik puncak pemasukan Anda. Lupakan tentang transisi untuk mulai bekerja part-time atau mengambil pensiun dini, dan mulai fokus untuk mencari sumber penghasilan serta menabung.

Anda harus memikirkan secara serius pekerjaan yang bisa Anda tangani dalam usia mendekati 50an tahun. Untuk di Indonesia, usia tersebut sudah cukup sulit mencari pekerjaan. Untuk itu, sebagai alternative membangun usaha adalah ide paling memungkinkan.

Jika anda ingin menabung dengan cepat, maka Anda harus mempertimbangkan untuk memiliki penghasilan tambahan selain pekerjaan utama Anda. Jika Anda memiliki keahlian khusus maka mungkin hal ini bukanlah sesuatu yang sulit. Anda bisa menjadi seorang konsultan dengan pendapatan per jam.

Mengejar ketinggalan

Cara pertama untuk mengejar ketinggalan dalam jumlah tabungan Anda adalah dengan mengencangkan ikat pinggang Anda dan mengatur anggaran Anda seketat mungkin. Caranya tentu tidak dengan menyiksa diri seperti makan indomie tiap hari, namun Anda bisa memangkas pengeluaran yang tidak perlu seperti mengurangi makan di luar, tidak ke bioskop dulu, dan hal-hal lainnya.

Langkah selanjutnya adalah dengan mengambil tabungan hari tua. Jika perusahaan Anda tidak menyediakan tabungan hari tua, maka Anda harus memiliki tabungan yang dipotong langsung dari gaji Anda untuk hari tua Anda. Saat ini banyak bank yang menawarkan jenis tabungan ini, yang jangka waktunya bisa Anda tentukan sesuai dengan kebutuhan.

Jangan kuatir, tapi juga jangan menunda.

Jika Anda melihat bahwa target tabungan hari tua Anda baru bisa dicapai dalam 15 atau 20 tahun lagi, jangan putus asa. Percayalah bahwa Tuhan yang akan menjamin hidup Anda. Sebab firman Tuhan berjanji, ôSampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu.ö (Yesaya 46:4). Namun Anda juga jangan menunda-nunda untuk menabung bagi masa tua Anda, karena penundaan adalah musuh utama
Source : Forbes

Minggu, 27 Juni 2010

Interview with Peter Shankman

Interview with Peter Shankman
Entrepreneur with ADHD
By Keath Low, About.com Guide
Updated June 15, 2010

An entrepreneur, author, speaker, and worldwide connector, Shankman is recognized internationally for radically new ways of thinking about Social Media, PR, marketing, advertising, creativity, and customer service.
Photo © Peter Shankman
Sponsored Links

Are You An Entrepreneur?Use the Power of Email Marketing to Boost Your Business into Overdrive!iContact.com/Free_Trial

Stop Tantrums in 3 StepsHow I stopped the defiance, lying, backtalk and outbursts in 3 stepswww.ParentLearningClub.com

ADD/ADHD Secret RevealedLearn Why Most Successful Inventors Entrepreneurs & Artists Have AD/HDAdult-ADD-ADHD.DaVinciMethod.com
ADD Ads
ADHD Treatments for ADHD ADHD Online Test Sign of ADHD Add ADHD Symptom
Sponsored Links

Autism Recovery StoryAwakening Ashley with Tomatis Retrain Ears/Brain To Listen Betterwww.AwakeningAshley.com

ADHD AssociationFree support for people with ADHD and their familieselisabethornano-adhd.org

Peter Shankman is the first to admit that it could not have been easy raising him. Despite (or perhaps within) his over-the-top hyperactivity and impulsivity, his parents recognized the strengths in him. ôI remember growing up my mom would say, æYou walk to the beat of a different drummer. You are a different person than everyone else and that is your strength.Æ I never thought of it as a strength. I was always the one being made fun of by other kids,ö recalls Shankman. ôIt turns out it very much was my st

Today Shankman is recognized internationally for radically new ways of thinking about Social Media, PR, marketing, advertising, creativity, and customer service. He is the founder and CEO of The Geek Factory, Inc., a Marketing and PR firm located in New York City with clients worldwide. His list of clients have included the Snapple Beverage Group, NASA, the US Department of Defense, Walt Disney World, Abercrombie and Kent, the Ad Council, American Express, Discovery Networks, New Frontier Media, and Napste

Shankman is perhaps best known for founding Help A Reporter Out (HARO), a vital (and free) social networking resource for sources, reporters and advertisers who use the service. I first learned of Shankman though HARO whose services I have used many times myself. It wasn’t until more recently that l learned of his ADHD. Shankman graciously agreed to share more about what life has been like for him with ADHD.
Growing Up Feeling Different

“When I was growing up there wasn’t as much known about ADHD. I was hyper and every report card said I was hyper – ‘needs to calm down in class, needs to sit quietly, needs to learn self control,’” remembers Shankman who was diagnosed with ADHD as an adult. “It was tough growing up knowing that I was different, knowing that I was not the same. But what I love about it (ADHD) is what I created of myself. It is all from that.”

When asked what lead to him finally being officially diagnosed with ADHD, Shankman says, “I just always knew I was different. As I started reading more about ADHD, I said ‘hmm, I bet you I have this!’ I read a book by a guy named (Edward) Hallowell. The book was called Delivered from Distraction. Inside the book there is a screening test you take and I think a score of 35% or more you might have ADHD. I got something like 94%!”

“I knew I had ADHD,” adds Shankman. “It wasn’t that I needed to get diagnosed. You know you break your leg and you see a bone sticking out of your leg, you don’t say maybe I should get diagnosed for a broken leg. I knew I had it. I was seeing a psychologist at the time. He said, ‘Look, you know you always talk about having ADHD why don’t you go get some proof?’ So for no other reason than to satisfy my curiosity, I did.”
Exercise, Exercise, Exercise

Shankman, an intense athlete, regularly competes in marathons and triathlons. He is currently in training for his first full Iron Man competition – a 2.4 mile swim, 112 mile bike and 26.2 mile run. In addition, he is an experienced skydiver with 206 jumps under his belt.

Shankman manages the more difficult symptoms of ADHD through these activities. “Anything in my world that naturally raises my endorphins and raises my dopamine levels makes me better and that is how I handle it,” says Shankman. “I was actually supposed to go for a run this morning and something happened with the HARO so I had to postpone the run until this afternoon and I am already jittery. My body had planned on going on that run.”
Know Thyself

Shankman is also very self-aware of what works for him. “I know what distracts me. If I need to write or if I need to work or whatever, I’ll be on a plane. I’ll just start writing,” explains Shankman, a frequent flyer. “On a plane there is nothing that can interrupt me and that is the greatest thing for me.”

Relationships can be more difficult admits Shankman. “The concept of relationships has always been tough for me because it is very hard to find someone who understands how off the wall I am. It is not easy. That being said I have learned to slow down. That is the best way I could possibly say it – slowing down.”

“When I’m talking to someone I’m dating I’ve learned not to come in the door a million miles an hour. I’ll actually stand outside the door before I come inside and just take a couple of deep breaths and that helps to go in a little calmer,” explains Shankman. “It also really helps if you find someone who likes your sort of craziness, who appreciates it, who is in awe of it almost.”

He is also a strong advocate of seeking help when it is needed. “I’m not just saying this because I am a neurotic, Jewish, New Yorker. I think everyone should at some point, if they haven’t already, there is nothing wrong with having a therapist,” says Shankman. “I have a psychologist who I love talking to and it is just really helpful.”

Shankman also encourages people to value themselves and embrace their differences. He ends the interview with the message his mother taught him long ago - “Different is good, I swear.”

Source:

Peter Shankman. Phone Interview/Email Correspondence. May 27 and June 14, 2010.

Rabu, 23 Juni 2010

Penyandang Autisme Bisa "Sembuh"

Penyandang Autisme Bisa "Sembuh"
http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Penyandang-Autisme-Bisa-Sembuh
Senin, 14 Juni 2010

Hati-hati bila si kecil belum juga bisa bicara. Apalagi ia kerap terlihat asyik sendiri dan tak peduli lingkungannya. Mungkin ia mengalami autisme.

Umumnya, bila sampai usia 2 tahun si kecil belum juga bisa bicara, barulah orang tua mulai cemas dan minta bantuan profesional semisal dokter atau psikolog. Celakanya, yang sering terjadi, si profesional malah "menghibur", "Ah, nggak apa-apa, kok, Bu, Pak. Biasanya bicara memang lebih lambat dari berjalan," atau, "Banyak klien saya yang anaknya dulu lambat bicara tapi sekarang malah cerewet."

Padahal, seperti dikatakan DR. Rudy Sutadi, DSA, ucapan yang "menghibur" itu sama sekali tak ada landasan ilmiahnya. "Justru kita harus waspada kalau anak belum juga bisa bicara," ujar Wakil Ketua Yayasan Austisma Indonesia ini. "Karena salah satu hal yang paling sering terjadi pada anak penyandang autisme ialah tak bicara," terangnya.

Memang, diakui Rudy, bukan berarti kita harus selalu curiga si anak menyandang autisme bila dalam masa perkembangannya belum juga bisa bicara. "Karena bisa saja si anak tuli atau bahkan bisu tuli," ujarnya. Kalau begitu, apa saja gejala atau tanda-tanda autisme?

SERING INKONSISTEN

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder Fourth Edition (DSM IV) dari asosiasi psikiater Amerika dan International Classification of Disease (ICD 10) dari WHO, penyandang austime memiliki kriteria. Antara lain, ada gangguan bicara, tak ada kontak mata, tak ada peer relationship, tak bisa merasakan apa yang dirasakan orang lain, suka menstimulasi diri seperti handflapping, berjalan jinjit, dan sebagainya. Nah, bila terdapat beberapa tanda/gejala yang termasuk kriteria tersebut, maka bisa

Misalnya, pada anak usia mulai bisa bicara sekitar 1-2 tahun, kemampuannya hanya mengoceh dalam bahasa "planet" atau membeo (echolali). Misalnya, saat ditanya, "Siapa namamu?" ia akan mengulangi pertanyaan tersebut dan itu dilakukannya berulang-ulang. Lagu pun diulangnya terus-menerus. Jika ditanya lagu apa yang dinyanyikan, ia diam dan acuh saja. "Beda dengan anak normal, yang kalau ditanya, akan menjawab."

Ada juga anak yang sudah mulai bisa bicara beberapa kata, tapi tiba-tiba, misalnya di usia 18 bulan atau 2 tahun berhenti bicara secara mendadak. "Secara teoritis ini terjadi karena berhentinya perkembangan otak. Tadinya anak mulai mampu tapi tiba-tiba kemampuannya hilang, karena memang ada gangguan di otak. Hal ini sering terjadi," jelas Rudy.

Tanda/gejala lainnya ialah tak ada tatapan atau kontak mata. Si anak pun suka menyendiri dan main sendiri, acuh pada sekeliling, tak takut ataupun menangis. Ditinggal orang tua, dia juga diam saja. Saat bermain, misalnya, dia menderetkan mainan lalu merusaknya kembali dan itu dilakukan berulang-ulang tanpa henti. Ada yang senang mengepakkan tangannya bak burung (handflapping), memutar badannya atau benda semisal koin, piring dan benda lainnya secara terus-menerus. Ia senang memainkan roda mobil-mobilan, me

Ada juga tanda gangguan emosi seperti ekses kelebihan dan defisit. Misalnya, respon atas stimulusnya berlebihan, padahal mungkin bagi anak normal, hal itu biasa-biasa saja. Contohnya, ketika melihat semut beriring ia akan memperhatikannya sekian lama, terus-menerus tanpa henti. Sementara untuk anak dengan defisit emosi, contohnya jika digelitik seperti apa pun, ia tetap saja bengong.

Yang lain menunjukkan rasa sensitif terhadap sentuhan. Misalnya, baru diraba kulitnya, sudah serasa diamplas. Atau justru sebaliknya, hiposensitif, sama sekali tak merasakan sentuhan. Misalnya, kalau menggaruk harus sampai keluar darah barulah ia puas dan berhenti.

Yang jelas, "Tanda dan gejala autisme ini sering inkonsisten atau tak terlihat setiap saat atau setiap waktu," ujar Direktur Program KID-Autis (Klinik Intervensi Autisme) JMC ini. Misalnya, bila dipanggil keras namanya, si anak tak bereaksi. Namun begitu mendengar lagu iklan di TV dia akan bereaksi. "Karena inkonsisten inilah, orang tua jadi tak segera menyadari bahwa ada sesuatu yang tak wajar dalam diri anaknya."

FAKTOR GENETIK

Autisme, terang Rudy, merupakan gangguan proses perkembangan yang terjadi dalam 3 tahun pertama kehidupan. Hal ini menyebabkan gangguan pada bahasa, kognitif, sosial, dan fungsi adaptif. Akibatnya, anak autisme semakin lama semakin jauh tertinggal dibanding anak seusianya ketika umurnya semakin bertambah.

Karena merupakan gangguan proses perkembangan, maka tanda/gejala timbulnya bukan hanya pada satu titik umur tertentu tapi bertahap sesuai perkembangan anak. Juga tak bisa dideteksi saat lahir, melainkan harus dilihat sesuai dengan perkembangan anak. Misalnya, masalah gangguan bicara. Pada bayi baru lahir jelas belum bisa bicara, namun bisa diketahui pasti gejalanya sebelum usia 3 tahun.

Merujuk pada riset terakhir, seperti dipaparkan Rudy, diketahui bahwa autisme terjadi karena ada gangguan neurobiologis. "Ini timbul akibat kelainan perkembangan sel-sel otak selama ia berada di dalam kandungan." Gangguan tersebut dapat disebabkan infeksi virus (rubella, herpes, CMV), infeksi toksoplasma, infeksi jamur, perdarahan, ataupun keracunan. Akibatnya, pertumbuhan sel-sel otak di beberapa tempat jadi kurang sempurna. Lokasi pada otak yang sering dijumpai adanya kelainan adalah otak kecil, yang ber

Jadi, tandas Rudy, gangguan perkembangan otak ini sebetulnya sudah dimulai sejak di dalam kandungan. Penyebabnya bisa multifaktor. Yang jelas, lanjut Rudy, "Para ahli sudah sepakat, autisme karena faktor genetik, bakat, atau keturunan, yang dipengaruhi pula faktor lain seperti bahan kimia, yaitu pengawet makanan, penyedap rasa, dan lain-lain."

INTERVENSI DINI

Kendati demikian, austime tetap dapat di"sembuh"kan. Namun "sembuh" yang dimaksud ialah bila si anak bisa masuk ke dalam mainstreaming. "Artinya, mereka bisa masuk sekolah biasa, bisa mengikutinya, bisa berkembang, dan bisa hidup di masyarakat. Tak berbeda dengan anak lain dan tak tampak gejala sisa. Anak pun tak bisa dibedakan baik secara tes akademik maupun sosialnya," terang Rudy.

Dari hasil penelitian diketahui, "kesembuhan" tersebut dapat diperoleh melalui intervensi dini intensif berdasarkan prinsip ABA yaitu Applied Behavior Analysis atau yang dikenal sebagai metode Lovaas. Rudy menyebutnya sebagai Tatalaksana Perilaku. "Metode ini dilakukan secara intensif, minimal 40 jam seminggu atau during all waking hour, sepanjang waktu terjaganya anak. Jadi, kalau terjaganya si anak 50 jam, ya, selama itu."

Kelebihan dari metode ini ialah sistematis, terstruktur, dan terukur. Jadi, program ini memiliki kurikulum disertai petunjuk tentang apa yang harus dilakukan atau diajarkan, dapat dinilai berhasil-tidaknya, juga bisa diulangi oleh siapa pun dan kapan pun.

Cara pelatihannya adalah dengan konsep tiru. Dimulai dengan perseptif, lalu daya tangkap anak atau kognitif, baru kemudian yang ekspresif. Misalnya, meniru gerakan mengangkat tangan. Setelah menguasai konsep tiru minimal 5 gerakan, lalu si anak mulai meniru suara, selanjutnya suku kata dan kata. "Konsep tiru ini bermanfaat untuk jangka pendeknya, yaitu melatih bahasa."

Jika anak sudah bisa meniru suku kata, berarti sudah merupakan kemajuan yang amat besar. Sebab, kata tersusun dari suku kata dan anak autisme tak bisa dipaksa bilang, misalnya, "mata", bila ia belum menguasai suku kata.

TAK PERNAH TERLAMBAT

Namun, seberapa jauh keberhasilan tatalaksana berdasarkan metode ini, menurut Rudy, belumlah dapat diramalkan. "Ada anak yang bisa 'sembuh' lebih cepat dari 2 tahun, lebih lambat, dan ada yang dalam waktu tertentu 2 atau 3 tahun. Bahkan ada juga yang masih perlu support sepanjang hidupnya."

Yang perlu diingat, cepat-lambatnya "kesembuhan" bukan tergantung dari ringan-beratnya autisme. "Sampai saat ini sistem klasifikasi autisme masih diperdebatkan," ujar Rudy. Lagipula, tambahnya, penggunaan peringkat ini pun harus dilakukan secara hati-hati karena berpengaruh pada orang tua. "Bila anaknya didiagnosis ringan, orang tua bisa lengah menjalankan tatalaksana optimal. Sementara bila dikatakan berat, mungkin saja si orang tua bisa depresi, putus asa, sehingga tak berbuat apa-apa terhadap anaknya."

Yang pasti, para ahli sepakat, semakin muda usia si anak atau sebelum umur 3 tahun, maka semakin baik hasilnya. "Sehingga pada waktu usia sekolah, tak ada masalah lagi. Yang tinggal hanya gejala sisa, namun orang lain tetap tak akan tahu bahwa si anak mantan penyandang austime." Yang dimaksud gejala sisa, misalnya, pada suatu saat si anak seperti ingin berteriak namun ia bisa menahannya.

Itulah mengapa Rudy menganjurkan agar intervensi dini sebaiknya dimulai segera setelah diagnosis autisme dibuat. "Paling tidak, di usia 2-3 tahun, hasil terbaik bisa dicapai, sehingga anak sudah bisa verbal dan menguasai bahasa sebelum usia 5 tahun." Hal ini didasari pula bahwa perkembangan otak dimulai sejak usia 6 bulan di kandungan. Perkembangannya menjadi sangat pesat dalam 3 tahun pertama kehidupan anak, lalu menurun meskipun relatif masih cukup pesat sampai dengan usia 5 tahun. Namun setelah usia 5-7

Kendati demikian, ujar Rudy, pada usia berapa pun si anak, janganlah pernah berpikir bahwa itu terlambat. "Jika terapi dijalankan dengan konsisten dan terarah, pasti tetap ada gunanya." Namun tentunya terapi yang dilakukan pada anak usia dini dengan anak di atas 5 tahun, hasilnya akan berbeda sebab semakin ditunda pelaksanaan terapi anak, akan semakin sulit dikendalikan baik fisik maupun psikisnya.

Soal tindak pencegahan autisme, menurut Rudy, hingga kini belum ada. Sebab, gen pembawa atau penyebab autisme masih dalam penyelidikan. "Tapi mungkin bisa dilakukan dengan genetik konseling atau konsultasi pranikah, apakah ada gennya pada calon ayah atau ibunya. Atau mungkin dengan rekayasa genetik. Tapi ini pun belum bisa dilakukan."

Dedeh Kurniasih

Aneka Terapi Penderita Autis

Aneka Terapi Penderita Autis
http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Aneka-Terapi-Penderita-Autis
Aneka Terapi Yang Dilakukan untuk penderita autis

1. Terapi Obat (Medikamentosa)

Pada awalnya diperlukan obat untuk membantu anak berkonsentrasi, ada kontak mata, dan meningkatkan interaksi dengan lingkungan. Namun obat ini tak dirancang untuk seumur hidup, karena hanya berguna mengurangi atau menghilangkan beberapa gejala, terutama sekali mengontrol perilaku mengacau. Jadi, tujuannya agar si anak lebih mudah untuk ditatalaksana.

Secara bertahap dosis obat diturunkan sampai minimum. Tapi bila kemudian timbul masalah lagi, maka dosis obat dapat diberikan seperti semula lagi.

2. Terapi Diet

Pada beberapa penyandang autisme dilakukan diet terhadap bahan-bahan tertentu, sehingga anak tak lagi mengalami gangguan perilaku semisal hiperaktif. Dietnya antara lain pantang gula, lemak, ragi, terigu, susu, kafein, gluten, pengawet makanan, penyedap makanan, dan bahan pewarna makanan.

3. Terapi Okupasi

Bila ada kelemahan otot atau gangguan perkembangan motorik halus, misalnya, tak bisa menguasai sesuatu atau memegang pensil, maka dilakukan fisioterapi untuk melatih otot yang lemah/kaku. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.

4. Terapi Wicara

Semua penyandang autisme mengalami gangguan bicara dan bahasa, sehingga harus dilakukan terapi oleh ahlinya.

5. Terapi Perilaku

Anak diajarkan perilaku-perilaku umum dengan pemberian reward dan punishment. Bila ia melakukan apa yang diperintahkan dengan benar, maka diberi pujian. Jika sebaliknya, ia dapat hukuman semisal, "Ya sudah, kalau kamu maunya begitu terus, kita tidak jadi bermain." Tentu perintahnya merupakan perintah-perintah sederhana dan mudah dimengerti anak.

Terapi ini dilakukan pada institusi secara penuh dari Senin-Jumat dan dilanjutkan di rumah oleh orang tua. Karena itu, orang tua harus juga punya pengetahuan mengenai program ini lewat pelatihan-pelatihan.

Ber -IQ Tinggi

Jangan kira penyandang autisme identik dengan bodoh. Memang, diakui DR. Rudy Sutadi, DSA, sekitar 70 persen penderitanya dinyatakan mengalami retardasi mental. "Penyebabnya bisa berbagai hal. Yang jelas, bila anak autisme tak ditangani, ya, bisa dikatakan termasuk retardasi mental. Karena kriteria IQ-nya di bawah 75."

Tapi jika penyandang autisme ditatalaksana dengan intensif dan baik, maka banyak juga yang ber-IQ tinggi. "Ada yang IQ-nya 120-130. Bahkan 150." Jadi, si anak sebenarnya berpotensi IQ tinggi. Hanya saja sebelum ditatalaksana IQ-nya itu tak terukur. Setelah ditatalaksana barulah diketahui kalau IQ-nya ternyata tinggi. Kelak di kemudian hari mereka bisa menjadi seorang yang ahli di bidangnya. Contoh, pelukis Van Gogh dan Leonardo Da Vinci. Riwayat hidup mereka diperkirakan autistik.

Lain halnya bila si penyandang autisme tak ditangani, mungkin ada beberapa gejala yang berkurang. Namun ada pula yang gejalanya menetap, menghebat, atau malah yang tadinya tak ada jadi muncul. Pada prinsipnya, tandas Rudy, penyandang autisme yang tak ditatalaksana dengan baik tetaplah autisme. "Salah jika orang tua mengharapkan anaknya bisa 'sembuh' dengan bertambah umurnya. Justru akan lebih bertambah besar gap-nya kalau dilihat dari grafik perkembangannya. Mungkin beberapa bulan tak terlihat tapi lama-la

Kamis, 17 Juni 2010

60 Kepala Manusia Ditemukan di Bandara


60 Kepala Manusia Ditemukan di Bandara
Jum'at, 18 Juni 2010 - 10:47 wib
http://international.okezone.com/read/2010/06/18/214/344198/60-kepala-manusia-ditemukan-di-bandara
Share
Hermanto - Okezone
Ilustrasi (Foto: Corbis)

ARKANSAS - Petugas Bandara Arkansas dikagetkan dengan penemuan pengiriman barang yang berisikan 60 kepala manusia.

Para petugas melihat bahwa paket berisi kepala tersebut berlabel secara tidak lengkap, sehingga mereka mengecek apa isi paket tersebut.

Petugas menemukan paket tersebut dibungkus dengan acak-acakan dan ditemukan pada minggu lalu. Setelah mereka melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian, kepala-kepala itu pun dikembalikan ke bagian koroner.

Petugas Koroner Pulaski Garland Camper mengatakan, pengiriman tersebut menggunakan bahan plastik dan tidak menggunakan segel penerbangan.

Penyelidikan lebih lanjut didapatkan kepala-kepala tersebut sedianya dikirimkan ke Medtronic Inc di Forth Worth, Texas. Kepala itu nantinya akan digunakan oleh para bedah syaraf untuk mempelajari telinga, hidung dan prosedur tenggorokan. Seperti dilansir Telegraph, Jumat (18/6/2010).

Hal yang tidak biasa adalah cara pengiriman kepala-kepala tersebut dengan menggunakan fasilitas penerbangan komersial.

Medtronic merupakan perusahaan alat kesehatan terbesar di dunia, mereka menggunakan perusahaan jasa pengiriman yang berada di Arkansas untuk mengirimkan kepala-kepala itu.

Senin, 14 Juni 2010

Efek Buruk kacang Kedelai


Efek Buruk kacang Kedelai
Tidak semua makanan berbahan kedelai baik untuk kesehatan tubuh.
Selasa, 15 Juni 2010, 11:53 WIB
Pipiet Tri Noorastuti
http://kosmo.vivanews.com/news/read/157740-efek-buruk-kedelai

VIVAnews - Tahu dan tempe begitu populer sebagai makanan murah yang kaya gizi. Kandungan rendah lemak dan tinggi asam lemak omega 3 dalam bahan baku utamanya, yakni kedelai, banyak dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan tubuh.

Pakar gizi dari Rumah Sakit St George, London, Catherine Collins, mengatakan, nutrisi yang terdapat dalam kedelai baik untuk menjaga kesehatan jantung. Tak heran jika tempe tersaji dalam menu diet penderita jantung.

Catherine menambahkan, biji kededai juga mengandung tujuh asam amino penting yang dibutuhkan untuk menjaga dan memperbaiki gangguan jaringan tubuh, mulai dari otot hingga rambut.

Namun, di balik manfaat kedelai, perlu kejelian dalam mengonsumsinya. Pastikan kita mengonsumsi makanan berbahan kedelai yang telah terfermentasai untuk mendapat manfaatnya. Produk terfermentasi adalah produk kedelai yang aman dan sangat baik buat kesehatan seperti tempe, kecap, miso, dan kecambah kedelai.

Sementara makanan berbahan kedelai yang belum terfermentasi seperti tahu dan susu kedelai, dianggap rentan mengandung zat berbahaya yang mengancam kesehatan tubuh. Kedelai nonfermentasi rentan menghambat pencernaan protein, menahan penyerapan mineral, dan mengganggu metabolisme.

Kandungan genistein dan daidzein, yang menyerupai hormon estrogen juga dapat mempengaruhi kesuburan. Studi di Amerika juga menemukan kandungan isoflavone dalam kedelai nonfermentasi yang justru memperburuk kondisi pengidap kanker payudara. Isoflavone berpotensi merangsang sel tumor payudara untuk membelah dan berkembang biak. (adi)

Kamis, 10 Juni 2010

70 Tahun Hidup Tanpa Makan & Minum

70 Tahun Hidup Tanpa Makan & Minum
Kamis, 29 April 2010 - 16:01 wib
Fajar Nugraha - Okezone
Prahlad Jani (Foto: AFP)
http://international.okezone.com/read/2010/04/29/214/327680/70-tahun-hidup-tanpa-makan-minum

AHMEDABAD - Tim dokter militer India yang didukung oleh pusat penelitan pertahanan India, saat ini tengah mempelajari seorang pria berusia 83 tahun yang mengaku tidak mengkonsumsi makan dan minum selama 70 tahun.

Pria bernama Prahlad Jani, saat ini tengah menjalani pemeriksaan di sebuah rumah sakit yang terletak di bagian barat kota Ahmedabad. Selama 24 jam penuh pria tersebut diteliti oleh 30 dokter, sekaligus menjadi serangkaian tes medis.

Penilitian atas pria ini bisa membuka cara bagaimana seorang manusia dapat hidup tanpa mengkonsumsi makanan dan air," ungkap Direktur Institut Fisiologi dan Ilmu Pengetahuan Dephan India dr G Ilavazahagan, seperti dikutip AFP, Kamis (29/4/2010).

Penelitian bisa membantu memecahkan permasalahan strategi penyelamatan diri saat terjadi bencana alam, kondisi stres yang ekstrem dan penelitian seperti misi ke bulan atau ke Mars yang dilakukan oleh manusia," tambah dr Ilavazahagan.

Ilavazahagan menambahkan, maksud dari penelitian atas Jani melalui teknologi medis, tidak lain untuk mencari energi apa yang mendukung dari keberadaannya. Dia juga mengharapkan teknik yang dipakai Jani dapat dipakai oleh prajurit India.

Jani sendiri mengaku jika dirinya melakukan meditasi untuk meraih energi.

Tes yang dilakukan terhadap Jani termasuk pemindaian resonansi magnetik (MRI). Prosedur ini dilakukan untuk melihat aktivitas otak dan jantung Jani. Selain itu pria berprofesi sebagai guru spiritual ini juga akan menjalani pemeriksaan melalui pindai elektroda, serta menjalani pemeriksaan fisiologi saraf lainnya. Diperkirakan pemeriksaan atas Jani akan berlangsung antara 15-20 hari.(faj)

Senin, 07 Juni 2010

More Choline for Pregnant, Nursing Women Could Reduce Down Syndrome Dysfunction, Guard Against Dementia

More Choline for Pregnant, Nursing Women Could Reduce Down Syndrome Dysfunction, Guard Against Dementia

ScienceDaily (June 4, 2010) — More choline during pregnancy and nursing could provide lasting cognitive and emotional benefits to individuals with Down syndrome and protect against neurodegenerative conditions such as Alzheimer's disease, suggests a new Cornell study of mice.
http://www.sciencedaily.com/releases/2010/06/100603132456.htm
The findings, published June 2 in Behavioral Neuroscience, could help lead to increasing the maternal dietary recommendations for choline (currently 450 milligrams a day during pregnancy, 550 milligrams for lactation), a nutrient found in egg yolks, liver, nuts and such vegetables as broccoli and cauliflower.

"We found that supplementing the maternal diet with additional choline resulted in dramatic improvements in attention and some normalization of emotion regulation in a mouse model of Down syndrome," said lead author Barbara Strupp, professor of nutritional sciences and of psychology. The researchers also found evidence for "subtle, but statistically significant, improvement in learning ability in the non-Down syndrome littermates."

In addition to mental retardation, Down syndrome individuals often experience dementia in middle age as a result of brain neuron atrophy similar to that suffered by people with Alzheimer's disease. Strupp noted that the improved mental abilities found in the Down syndrome mice following maternal choline supplements could indicate protection from such neurodegeneration "in the population at large."

Strupp and her co-authors tested Down syndrome model mice born from mothers fed a normal diet and those given choline supplements during their three-week pregnancy and three-week lactation period, as well as normal mice born from mothers with and without additional choline. The choline-supplemented mothers received approximately 4.5 times more choline (roughly comparable to levels at the higher range of human intake) than unsupplemented mothers.

At six months of age, the mice performed a series of behavioral tasks for about six months to assess their impulsivity, attention span, emotion control and other mental abilities.

In addition to dramatic improvements in attention, the researchers found that the unsupplemented Down syndrome model mice became more agitated after a mistake than normal mice, jumping repeatedly and taking longer to initiate the next trial, whereas the choline-supplemented Down syndrome model mice showed partial improvement in these areas.

"I'm impressed by the magnitude of the cognitive benefits seen in the Down syndrome model mice," Strupp said. "Moreover, these are clearly lasting cognitive improvements, seen many months after the period of choline supplementation."

Strupp noted that the results are consistent with studies by other researchers that found increased maternal choline intake improves offspring cognitive abilities in rats. However, this is the first study to evaluate the effects of maternal choline supplementation in a rodent model of Down syndrome. This is also one of the few studies that has evaluated offspring attentional function and effects in mice, rather than rats, Strupp noted.

Previous studies of humans and laboratory animals have shown that supplementing the diets of adults with choline has proven to be largely ineffective in improving cognition. "Although the precise mechanism is unknown, these lasting beneficial effects of choline observed in the present study are likely to be limited to increased intake during very early development," Strupp said.

The study, funded in part by the National Institutes of Health (NIH), was part of the dissertation of Jisook Moon, Ph.D. '06. Other Cornell collaborators included Myla Strawderman, research associate in nutritional sciences; David Levitsky, professor of nutrition and of psychology; May Chen '07 and Shruti Gandhy '07.

Strupp and collaborators have received additional NIH funding to study the neural mechanisms underlying the positive cognitive effects of perinatal choline supplementation observed in this study.

Minggu, 06 Juni 2010

Keteledoran Dokter

Keteledoran Dokter

Mau Sharing/berbagi nich...

yang ini adalah lanjutan dari cerita dibawah sebelumnya.

teman saya sebulan yang lalu (dia dengar dari temannya, katanya jinten hitam bagus), terus dia
coba (beli di apotik -apotik terkenal yang biasa ada di mal-mal, bilang aja jinten hitam, atau jika
mau sendiri beli di pasar juga ada yang masih belum dikapsulkan, yang untuk bumbu dapur).
Dia masih tetap makan air kunyit setiap hari satu gelas dimalam hari, lidah buaya sedikit,
sekarang dia minum jinten hitam, dia bilang baru dua hari ini, perut yang selalu sakit itu langsung
stop sakitnya (kata dia moga-moga berkat jinten ini), memang ada efek pertama tama makan
jinten ini, katanya, bisa mengantuk, lemas, tetapi setelah beberapa lama sudah tidak (itu karena
jinten hitam untuk detox /buang racun juga),

Terus, dia cerita bulan kedua ini, baru satu hari mens (hari pertama mens sakit), besoknya
sudah tidak sakit lagi(mens keluarnya juga lancar), ini sepertinya berkat jinten hitam itu. Bagus
ya.


================================
Awal cerita :

Teman saya (sebut Dina) mengalami masalah berturut-turut setelah keteledoran dokter kandungan, asal mulanya dia ingin mengganti spiral yang sudah lewat 5 tahun di dokter kandungan tersebut (sebut saja Dr. X), dokter itu memaksa cabut spiral dan mengakibatkan sakit sekali dan langsung memasang spiral baru tanpa menunggu lecet tersebut sembuh, juga tidak memberikan obat apa-apa biar tidak infeksi. Ternyata benar setelah beberapa hari kemudian, setelah bingung mengapa rahim di sekitar spiral sakit sekali,
sampai ingin pingsan, terus ke dr. X itu lagi, dia dengan seenaknya menjawab, spiral baru itu letaknya miring, terus dia cabut, tanpa banyak bicara, tanpa memberi obat lagi. Karena makin sakit saja, akhirnya Dina pergi ke dokter lain, dan ternyata menyebabakan infeksi peputihan dalam rahim yang sakit sekali, jadi selama 10 hari , setiap hari harus di suntik obat , terus minum banyak obat yang biayanya juga mahal. Harus disinar diathermi selama 10 hari.

Sebulan kemudian, kedokter lagi, memang katanya sudah sembuh. Setelah beberapa waktu lagi, ternyata sakit lagi, dan didiaknosa dokter kedua ini seperti ada tumor jinak (adenomiosis), Dina bingung sekali, harus gimana, ?, terus setelah tanya beberapa teman dan saudaranya, Dina pergi ke dua dokter lagi, syukurnya kata dua dokter tersebut tidak ada tumor, tetapi kok tetap sakit setiap mens dan setelah mens (bisa sebulan-an itu sakit terus dan membuat sesak napas), kata kedua dokter terakhir ini bila mungkin
jadi endometriosis/sakit mens, jadi tidak ada cara lain, paling bila sakit minum obat anti sakit. (dokter tidak menyarankan angkat rahim, karena Dina masih muda,katanya kedua Dokter terakhir itu sayang).

Sudah satu tahun lebih sampai sekarang Dina selalu mengalami sakit, sampai apapun dicobanya, biar dikasih obat anti sakit juga tidak mempan.

Itulah keteledoran dokter yang sembarangan, padahal Dokter tersebut lumayan terkenal dan lumayan ramai, apa karena ramai jadi ingin cepat-cepat dan seenaknya, sepertinya pasien itu bukan manusia tetapi hanya seonggok benda mati saja.

menstruation / menstruasi / haid
kb spiral / IUD (Intra Uterine Device)

===========================

ternyata satu dua bulan kemudian yang perut nya karena akibat infeksi rahim angkat spiral (dulunya caesar lahir) terus menjadi endometriosis , masih sudah baikan karena jinten hitam, sakit lagi (setelah ditelusuri /googling, karena teman ku itu ada alergi cuaca juga, dia sering pakai semprot asma dan semprot hidung, ternyata ada efek samping dari kedua obat semprot itu yang dapat membuat menstruasi/otot perut jadi kram /menstrual cramps).

terus setelah cari-cari lagi, menstruasi masih bermasalah terus, dia menemukan minum magnesium (salah satu yang bagus adalah magnesium glycinate yang 100 mg, minum 3x1 per hari dan tambah kalsium yang 1000 mg /kapsul 1x1 per hari), ternyata baru minum satu dua hari, perut menstruasi yang sakit sembuh, syukur sekali.

======================

nasonex semprot hidung

Ternyata dari pengalaman teman ku yang alergi cuaca, sudah coba berbagai macam obat, ternyata paling bagus memang nasonex semprot hidung (untuk mampet, hidung meler, bangkis,dll), dan sebaiknya di pakai ternyata harus malam hari sebelum tidur (teman ku itu salah , sejak dulu pakainya di pagi hari, ternyata beberapa lama ini ganti cara, di malam hari baru manjur/mempan/ lebih bagus), untuk yang konka nya sering bengkak karena alergi cuaca, lebih enakkan.

Selasa, 01 Juni 2010

Aneh, Hamil Cuma 1 Jam lalu Melahirkan

Aneh, Hamil Cuma 1 Jam lalu Melahirkan
Rabu, 2 Juni 2010 | 09:17 WIB
http://regional.kompas.com/read/2010/06/02/09175268/Aneh..Hamil.Cuma.1.Jam.lalu.Melahirkan-8

CIKALONG WETAN, KOMPAS.com — Tatik, warga RT 03 RW 03, Kampung Jepra, Desa Cipada, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat, hanya mengandung selama 1 jam. Perempuan berusia 29 tahun ini mengaku perutnya baru membesar beberapa saat sebelum akhirnya melahirkan.

Saya melahirkan pada Minggu pekan lalu. Pas azan maghrib berkumandang. Saya juga kaget. Sebelumnya juga mual perutnya," ujar Tatik saat ditemui di rumahnya, Selasa (1/6/2010).