environment

environment

Gg1

Minggu, 24 Oktober 2010

Perlukah Terapi Hormon untuk Wanita Menopause?

http://www.detikhealth.com/read/2010/10/21/170901/1471528/763/perlukah-terapi-hormon-untuk-wanita-menopause?881104755
Kamis, 21/10/2010 17:09 WIB
Perlukah Terapi Hormon untuk Wanita Menopause?

Vera Farah Bararah - detikHealth

img
(Foto: thinkstock)
Jakarta, Menopause adalah proses alami yang tidak bisa dicegah dan semua perempuan pasti akan mengalaminya. Menopause bisa menurunkan kualitas kesehatan perempuan karena berkurangnya hormon estrogen. Perlukah melakukan terapi hormon?

Menopause didefinisikan sebagai kondisi terakhir kalinya seorang perempuan mengalami menstruasi dan biasanya terjadi sekitar usia 50 tahun.

Saat menopause perempuan akan mengalami beberapa perubahan biologis yang secara khusus meliputi penurunan fungsi ovarium yang membuat produksi hormon seks estrogen berkurang secara signifikan.

"Jika kadar estrogen menurun bisa membuat seorang perempuan berisiko mengalami jantung koroner, patah tulang, hipertensi atau diabetes," ujar Prof Dr Med Ali Baziad, SpOG (K) dalam acara media lunch Bayer Schering Pharma dengan tema 'Siap Menghadapi Menopause: Penanganan Tepat Mengatasi Gejala Menopause' di Seribu Rasa Restaurant, Jakarta, Kamis (21/10/2010).

Prof Ali menuturkan perempuan biasanya tidak menyadari kalau dirinya mengalami menopause, karenanya ia akan berkonsultasi ke berbagai dokter untuk setiap gejala yang timbul dan bisa mendapatkan 10-15 obat untuk mengobati gejala menopausenya.

Padahal obat yang mujarab untuk menangani menopause adalah hormon estrogen itu sendiri. Terapi hormon ini bisa dalam bentuk pil yang diminum setiap hari atau menggunakan krim untuk vagina.

Jika menggunakan pil, maka obat ini harus diminum setiap hari dan biasanya dikonsumsi malam hari, sedangkan untuk yang krim akan dioleskan pada vagina selama sebulan dan tidak boleh melakukan hubungan seks selama sebulan itu. Tapi obat krim ini hanya untuk mengatasi kekeringan pada vagina saja dan tidak bisa melindungi perempuan tersebut dari penyakit jantung.

Untuk perempuan menopause yang masih memiliki rahim, maka terapi hormon yang diberikan biasanya berupa kombinasi antara estrogen dan hormon progesteron untuk mengurangi risiko kanker endometrium.

"Biasanya obat ini akan dicoba dulu 3 bulan lalu meningkat menjadi 6 bulan dan sebelum terapi hormon ini biasanya perempuan akan diminta untuk melakukan mamografi untuk mengetahui apakah ia memiliki kanker payudara atau tidak," ungkapnya.

Gejala-gejala yang timbul jika seseorang sudah mengalami penurunan hormon estrogen atau mulai memasuki masa premenopause adalah menstruasi yang tidak teratur, adanya semburan rasa panas (hot flushes), berkeringat meskipun berada di depan AC, gangguan suasana hati, tiba-tiba sering merasa pusing, tidak bisa menahan kencing dan libido yang menurun.

Sedangkan untuk jangka panjangnya akan kehilangan kepadatan tulang yang berujung pada osteoporosis, keretakan atau tulang patah, penyakit pembuluh darah dan penyakit jantung.

"Terapi hormon bisa membantu meningkatkan kualitas hidup seperti menghilangkan gejala menopause, mencegah osteoporosis, memiliki berat badan dan tekanan darah yang stabil serta tidak ada retensi cairan," ujar dokter lulusan Fakultas Kedokteran Wolfgang Goethe University of Frankfurt, Jerman tersebut.

Prof Ali menuturkan perubahan gaya hidup sehat juga diperlukan seperti mengontrol berat badan, berolahraga (melakukan latihan fisik), berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.





(ver/ir)