environment

environment

Gg1

Sabtu, 06 Oktober 2012

Penderita Autisme Rentan Epilepsi


Penderita Autisme Rentan Epilepsi
KAMIS, 14 JUNI 2012 19:03 wib
Gustia Martha Putri - Okezone
http://health.okezone.com/read/2012/06/14/482/647484/penderita-autisme-rentan-epilepsi
Anak tidak enak badan (Foto: Corbis)
ANAK penderita autisme memiliki risiko lebih besar mengalami epilepsi. Berdasarkan penelitian, penyandang epilepsi pada penderita autis sekira 30 hingga 40 persen.

Autisme merupakan salah satu komorbiditas atau penyakit penyerta epilepsi. Pasalnya, penyandang autisme memiliki risiko lebih besar untuk terserang epilepsi dibandingkan dengan anak yang tidak autisme. Realitanya, sebanyak 40 persen anak penyandang autisme juga mengalami epilepsi, sedangkan risiko pada anak bukan autisme hanya sekira satu hingga dua persen saja.

Pada kasus anak yang mengalami epilepsi tertentu, biasanya sering disertai dengan gejala autisme. Komorbiditas lainnya ialah retardasi mental, ADHD (Attention Deficit and Hiperactivity Disorder), global delay, dan lain-lain yang dapat memengaruhi prognosisnya.

Epilepsi juga dapat terjadi karena beberapa etiologi yang spesifik, seperti gangguan kromosom, down syndrome, sindrom Angelman, sindrom Rett. Epilepsi juga dapat terjadi akibat adanya tumor pada otak, infeksi pada saraf pusat, gangguan metabolic, dan mutasi gen," tutur dr. Dwi Putro Widodo, SpA(K), pada seminar media mengenai epilepsi di Hotel Ritz Carlton Mega Kuningan, Jakarta, Kamis (14/6/2012).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap fungsi kognitif pada anak epilepsi menyatakan bahwa penyandang epilepsi anak didapatkan karena adanya gangguan fungsi intelegensi, pemahaman bahasa, gangguan visuospasial, dan gangguan fungsi kognitif. Penelitian tersebut juga menunjukkan adanya perbedaan yang sangat bermakna pada IQ penyandang epilepsi anak dibandingkan dengan anak tanpa epilepsi.

Epilepsi tidak dapat dicegah, namun dapat dilakukan tatalaksana yang tepat untuk mengontrol bangkitan (kambuhnya epilepsi), yakni melakukan pengobatan secara teratur dan disiplin. Dalam hal ini, orangtua memiliki peranan penting agar penyandang epilepsi anak patuh untuk minum obat anti-epileptik. Orangtua jangan terlalu khawatir akan efek samping dari obat yang dikonsumsi karena efek samping bangkitan jauh lebih buruk daripada efek samping obat anti-epilepsi (OAE)," jelas Dwi. (ind) (tty)















Tidak ada komentar: