SUMMARY
- Improve diet
- Food Allergies
- GFCF Diet
- Vitamin/Mineral supplements
- high-dose Vitamin B 6 + magnesium
- Essential Fatty Acids
- Gut Treatment :
-Antifungals
-Probiotics
-Digestive Enzymes
- Amino Acids
- Melatonin
- Thyroid Supplement
- Sulfation
- Glutathione
- Chelation
- Immune System Regulation
Melatonin utk tidur
RANGKUMAN
-Terapi memang budgetnya lumayan besar, tapi sangat membantu juga, menurut saya juga perlu dari vitamin dan
diet ketat juga (semua butuh).
-TERAPI PIJAT ANAK SEPERTI PIJAK REFLEKSI KHUSUS ANAK ATAU PIJAK ANAK sangat membantu juga,
untuk ketenangan anak dan pencernaannya, imunitas, dll(tetapi perlu cari yang benar -benar ahli, tidak boleh
sembarangan)
-Coba google ketik Autism supplement curcuma (kunyit), ternyata telah juga di survey dapat membantu anak Autis
,tetapi bila memberikan ke anak , perlu dikombinasi dengan anti jamur/yeast (yang alami seperti lidah buaya,
bawang putih, dapat dimasukkan kekapsul, atau diminum air/gel perasannya). Untuk kunyit dapat diambil airnya
setelah di blender /tumbuk, dan diberi ke juice buah anak jika dia tidak suka rasanya.
1.TEST ALERGI - mungkin di DI BIO juga bisa - PURI, ATAU CABANG LAIN - TEL : 583-56788 (DEKAT
HYPERMART), SEKITAR +/- Rp 100.000/AN atau di psikolog terkenal harga sekitar Rp 2 jtan(sepertinya lebih akurat)
http://bio-e.net (test sekitar Rp 100.000-an).
2.kalau mau juga bisa di AKUPUNTUR DI TEMPAT BIKSUNI (DIPANGGIL SUHU) BAYAR SUKA RELA -
TEL DULU : DI 580.2915 (DAERAH PERUM KEDOYA, JAK BAR (kalau di Akupuntur ini anak kecil di tusuk di kepala)
3. DIET GFCF (GLUTEIN FREE CASEIN FREE) , GULA(YG MANIS-2), TERIGU, SUSU SAPI, terigu, gula, pewarna,
pengawet, ragi(dan sejenis seperti kecap,dll), pantang buah yang menghambat konsentrasi dan membuat aktif anak
(seperti jeruk) (yang boleh pepaya , kaya Vit C dan enzim)
buah - hindari salisilat dan aditif : unsur salisilat : Buah/Sayur: o Anggur o Appel o Apprikot o Ceri o Jeruk o Lemon o
Murbei o Mangga muda Nektarin, plum,persik, prem, strawberry, tomat, mentimun, terung ungu, kentang, kopi, teh
,coklat ,gandum, jagung, kacang almond, cengkeh
buah aman : Jadi berikan buah yang aman bagi anak. Dan ingat selalu untuk merotasinya setiap hari. Buah-buahan
yang aman itu adalah: Jambu biji. - Alpuket (bila anak tidak ada masalah mencerna lemak) - Sirsak Belimbing
Pepaya Nanas Kiwi Buah naga Markisa
buah yg didiet - homeopathy, > disamping memberikan suplementasi tambahan, serta diet makanan-makanan
tertentu, seperti jeruk, apel,anggur,pear, strawbery, melon dan gula-gulaan.
buah : hambat konsentrasi /ada zat salisilaf - apel, jeruk, anggur, tomat, strawberi, melon , buah hati tantrum (ada zat
phenol)(pisang, semangka, pear, mangga)
4. MINUM VITAMIN REKOMENDASI DARI AMERIKA YAYASAN (WWW.AUTISM.COM) SUDAH BANYAK
YANG BERHASIL BICARA CEPAT DAN MENJADI LUMAYAN SEMBUH.
TAHAP PERTAMA : MINUM vitamin minyak ikan (bantu bicara anak) , VITAMIN amino acid(NAMANYA DMG DARI
KIRKMAN) DAN MAGNESIUM (DARI KLAIRE) dan vitamin lainnya jika tidak cocok (perlu dicoba-coba)
TAHAN KEDUA : PERKEMBANGAN ANAK BEDA-BEDA, BILA KURANG VITAMIN APA, TANYA DI JDC
,SLIPI, PERLU MINUM APA LAGI(KONSULTASI) DAN MINUM DOSIS BERAPA ? (minumnya dosis
bertahap s/d maximal) , TEL JDC (JUAL ALERGI DAN VITAMIN REKOMENDASI DARI
WWW.AUTISM.COM) TEL : 572-0545,5720522 Jakarta , email : any bagwanto - bagani@cbn.net.id
(bisa kirim ke luar kota lewat seperti TIKI(titipan kilat)).
-DOSIS BISA BERTAHAP(COBA-COBA), DARI SATU KAPSUL MISALNYA , BILA KURANG TAMBAH S/D
MAX-NYA(KONSULTASI DGN. YANG DI JDC SLIPI
-KARENA DIET MACAM -MACAM SEPERTI SUSU, MAKA PERLU ASUPAN KALSIUM (YANG BUBUK/TABLET)
-di Puterakembara.org juga memberikan dasar-dasar www.autism.com.
-test merkuri/timbal juga kalau bisa di lakukan, bisa di Universitas Indonesia (lab. fasiliasi dan kesehatan kimia) - tel:
787-2720 - depok - (786-3437, 727-0027) - sen-jun (9.30 -5 sore) - tesk rambut merkuri hg - sekitar Rp200ribu+timbal
rambut sekitar Rp 75ribu = sekitar Rp 275ribu.(rambut beberapa helai) (darah merkuri 200+timbal 75 = 275. - darah
saja yg dibawa (anak tdk usah bisa))(selesai 7 hari kerja) - Bpk Ray, timbal 75.000
-test faces /kotoran anak juga bisa mengetahui bakteri/jamur,dll bisa di labotarium -labotarium ternama seperti
Prodia,dll
-NOTE : untuk semua test diatas seperti test alergi, test merkuri/timbal, test faces, bisa juga beberapa Dokter
Psikolog terkenal di Jakarta (yang saya dengar bisa ke luar kota juga)(bisa di cek di www.puterakembara.org)
NOTE : UNTUK VITAMIN, DLL REKOMENDASI DARI WWW.AUTISM. COM, DI INDONESIA SUDAH
BEBERAPA PSIKOLOG TERKENAL YANG SUKA MENGINFORMASIKAN ISTILAH AUTIS, adhd(hiper),
telat bicara DI KORAN DAN SEMINAR SUDAH MENGGUNAKAN MEREK-MEREK INI.
Nutrien yang diperlukan (sumber: nutritional healing, 2006):
1. Calcium 1.500 mg/hari dan Magnesium 1.000mg/hari. Ini penting untuk kinerja otak yang normal dan fungsi sistem nervous
2. Choline 500-2.000mg/hari. Ini meningkatkan fungsi otak dan sirkulasi ke otak. Gunakan di bawah pengawasan medis
3. Co enzyme Q-10 dan Dimethylglycine 100mg/hari. Meningkatkan fungsi otak, pembawa oksigen ke otak
4. Vitamin B Kompleks. Berisi Vitamin B3 (50mg 3kali sehari), B5 (500mg perhari), B6 (50 mg 3 kali sehari). Ini penting untuk kinerja otak yang normal dan fungsi sistem nervous
5. vitamin C 5-20 gram/hari yang sangat ampuh untuk melawan radikal bebas
x Lenny (PK) - dr rina cibubur (ada mercuri) aspergie (kevin)
diberi : supernuthera + magnesium + zinc + calcium + probio gold + cod liver oil + enzym with dpp iV.
diberi (ide sendiri) - powder methylcobalamin
pas jaga : supernuthera + calcium + vit c + evening prime rose (ada alergi)
x Mama gilang (wina) umur 8 th (th 2005 saat itu) sembuh (dari umur 2,5 th) - dr melly
ada mercuri, alumunium + timbal (kelasi 2 tahun-an sembuh)
diberi : zinc + magnesium + selenium + colostrum + probio gold + calcium + enzym + pro dha (jamur -
mycostatyn)
tahap 2 : kelasi - ; dmsa + ala - 3x sehari turut -turut kemudian stop 11 hari, kemudian 3 hari turut lagi,dst)
selama kelasi : enzym , zinc + magnesium + selenium + calcium + vit c + vit e + taurine + glycine +
melatonin + colostrum (optional) + probiogold + mineral pro support dmso (obat jamur tetap s/d jamur
hilang)
pas jaga : zinc + selenium + calcium + vit e + vit c + cold liver oil
some of the most commonly missing and needed supplements for children on the spectrum are:
Calcium
Zinc
Magnesium
Cod liver oil (make sure it is tested and MERCURY FREE)
Essential fatty acid (EFA Powder)
Selenium
Probiotics (ProBioGold, Culturelle, Biobeads)
TMG or DMG or SuperNu Thera (the B6 family)
Vitamin C, Vitamin E and or CoQ10 (antioxidants)
L-Gluthathione (supplement or topical crème)
Taurine or other amino acids
Folic or Folinic acids
The “Sometimes” Needed / and
xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx xxxx
diskusi-autis · Rudy Sutadi, KID-Autis, LIT-Autis, Autisme, Autism, Diskusi, Discussion, Jakarta, Indonesia, mail-list, ABA Consultant Home
Kebijakan Pendidikan Bagi Anak Autis
KEBIJAKAN KEGIATAN Prioritas Direktorat Pendidikan Luar Biasa
Program Uji Coba Pendidikan Inklusi
Pendidikan Inklusi adalah kebersamaan untuk memperoleh pelayanan pendidikan
dalam satu kelompok secara utuh bagi seluruh anak berkebutuhan khusus usia
sekolah, mulai dari jenjang TK, SD, SLTP sampai dengan SMU
· bagi anak berkebutuhan khusus untuk bersosialisasi dan berintegrasi
dengan anak sebayanya di sekolah reguler.
· Sebagai solusi terhadap kendala sulitnya anak berkebutuhan khusus untuk
mendapatkan pelayanan pendidikan secara utuh di desa-desa dan daerah terpencil
· Desiminasi program inklusi yang telah dilaksanakan antara lain di SLB
Negeri Kabupaten Gunung Kidul, SLB Pembina Tk Propinsi di Lawang, SLB Negeri
Bandung, dan Sekolah-sekolah terpadu di DKI Jakarta, NTB dsb.
Penanganan anak autisme
Penanganan secara dini bagi anak yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi,
bersosialisasi, sensorik, perilaku, dan emosi untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
· Menggali dan mengembangkan kemampuan-kemampuan tenaga ahli (dokter umum,
dokter ahli, psikolog) melalui instansi terkait melalui seminar lokakarya
layanan pendidikan untuk penyandang autisme.
· Peningkatan SDM dengan memasukkan kurikulum mengenai pendidikan untuk
penyandang autisme pada pendidikan guru dan guru luar biasa (terutama guru TK
dan SD sebagai saringan pertama) terkait.
· Menyusun satu model layanan pendidikan bagi anak autis.
· Menyusun pedoman modul layanan pendidikan bagi anak autis.
· Memotivasi yayasan penyelenggara pendidikan Autis dan penyelenggara SLB
dengan memberikan bantuan berupa block grant.
KEBIJAKAN PELAYANAN Pendidikan Bagi Anak Autis
I. PENGERTIAN
Istilah Autisme berasal dari kata “Autos” yang berarti diri sendiri “Isme” yang
berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya pada dunianya
sendiri.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial dan aktivitas imajinasi. Gejalanya mulai tampak sebelum anak
berusia 3 tahun. Bahkan pada autistik infantil gejalanya sudah ada sejak lahir.
Diperkirakan 75%-80% penyandang autis ini mempunyai retardasi mental, sedangkan
20% dari mereka mempunyai kemampuan yang cukup tinggi untuk bidang-bidang
tertentu (savant)
Anak penyandang autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang :
1. Komunikasi
2. Interaksi sosial
3. Gangguan sensoris
4. Pola bermain
5. Perilaku
6. Emosi
Apa Penyebab Autistik?
Beberapa teori terakhir mengatakan bahwa faktor genetika memegang peranan
penting pada terjadinya autistik. Bayi kembar satu telur akan mengalami gangguan
autistik yang mirip dengan saudara kembarnya. Juga ditemukan beberapa anak dalam
satu keluarga atau dalam satu keluarga besar mengalami gangguan yang sama.
Selain itu pengaruh virus seperti rubella, toxo, herpes; jamur; nutrisi yang
buruk; perdarahan; keracunan makanan, dsb pada kehamilan dapat menghambat
pertumbuhan sel otak yang dapat menyebabkan fungsi otak bayi yang dikandung
terganggu terutama fungsi pemahaman, komunikasi dan interaksi.
Akhir-akhir ini dari penelitian terungkap juga hubungan antara gangguan
pencernaan dan gejala autistik. Ternyata lebih dari 60 % penyandang autistik ini
mempunyai sistem pencernaan yang kurang sempurna. Makanan tersebut berupa susu
sapi (casein) dan tepung terigu (gluten) yang tidak tercerna dengan sempurna.
Protein dari kedua makanan ini tidak semua berubah menjadi asam amino tapi juga
menjadi peptida, suatu bentuk rantai pendek asam amino yang seharusnya dibuang
lewat urine. Ternyata pada penyandang autistik, peptida ini diserap kembali oleh
tubuh, masuk kedalam aliran darah, masuk ke otak dan dirubah oleh reseptor
opioid menjadi morphin yaitu casomorphin dan gliadorphin, yang mempunyai efek
merusak sel-sel otak dan membuat fungsi otak terganggu. Fungsi otak yang terkena
biasanya adalah fungsi kognitif, reseptif, atensi dan perilaku.
II. KARAKTERISTIK
Anak autistik mempunyai masalah/gangguan dalam bidang:
1. Komunikasi:
- Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
- Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna,
-KADANG KATA-KATA YANG DIGUNAKAN TIDAK SESUAI ARTINYA.
- Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain
-BICARA TIDAK DIPAKAI UNTUK ALAT BERKOMUNIKASI
- Senang meniru atau membeo (echolalia)
- Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian tersebut
tanpa mengerti artinya
- Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa
- Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia
inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial:
-PENYANDANG AUTISTIK LEBIH SUKA MENYENDIRI
- Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk bertatapan
-TIDAK TERTARIK UNTUK BERMAIN BERSAMA TEMAN
- Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris:
- sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
- bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
- senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
- tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain:
- Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
- Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
- tidak kreatif, tidak imajinatif
- tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu
rodanya di putar-putar
- senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda
sepeda,
-DAPAT SANGAT LEKAT DENGAN BENDA-BENDA TERTENTU YANG DIPEGANG TERUS DAN
dibawa kemana-mana
5. Perilaku:
- dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif)
- Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan mata ke pesawat
TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan yang diulang-ulang
-TIDAK SUKA PADA PERUBAHAN
-DAPAT PULA DUDUK BENGONG DENGAN TATAPAN KOSONG
6. Emosi:
- sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis
tanpa alasan
- temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya
-KADANG SUKA MENYERANG DAN MERUSAK
- Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
- tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain
III. IDENTIFIKASI 1. Diagnosa Autisme
Waktu adalah bagian terpenting. Jika anak memperlihatkan beberapa gejala diatas
segera hubungi psikolog klinis, dokter ahli perkembangan, anak, psikiater anak
atau neurologis khusus autistik dan gangguan perkembangan yang akan membuat
suatu assesstment/pengkajian yang diikuti dengan penegakan diagnosa. Jika
terdiagnosa dini, maka anak autistik dapat ditangani segera melalui
terapi-terapi terstruktur dan terpadu. Dengan demikian lebih terbuka peluang
perubahan ke arah perilaku normal
IV. BAGAIMANA PENANGANAN LAYANAN PENDIDIKANNYA
Layanan Pendidikan Awal:
A. Program Intervensi Dini:
1. Discrete Trial Training dari Lovaas: Merupakan produk dari Lovaas dkk pada
Young Autistikm Project di UCLA USA, walaupun kontroversial, namun mempunyai
peran dalam pembelajaran dan hasil yang optimal pada anak-anak penyandang
autistik. Program Lovaas (Program DTT) didasari oleh model perilaku
kondisioning operant (Operant Conditioning) yang merupakan faktor utama dari
program intensive DTT. Pengertian dari Applied Behavioral Analysis (ABA),
implementasi dan evaluasi dari berbagai prinsip dan tehnik yang membentuk teori
pembelajaran perilaku (behavioral learning), adalah suatu hal yang penting dalam
memahami teori perilaku Lovaas ini.
Teori pembelajaran perilaku (behavioral learning) didasari oleh 3 hal:
· Perilaku secara konseptual meliputi 3 term penting yaitu
antecedents/perilaku yang lalu, perilaku, dan konsekwensi.
· Stimulus antecendent dan konsekwensi sebelumnya akan berefek pada
reaksi perilaku yang muncul.
· Efektifitas pengajaran berkaitan dengan kontrol terhadap antecendent
dan konsekwensi. Yaitu dengan memberikan reinforcement yang positif sebagai
kunci dalam merubah perilaku. Sehingga perilaku yang baik dapat terus dilakukan,
sedangkan perilaku buruk dihilangkan (melalui time out, hukuman, atau dengan
kata ‘tidak’). Dalam teknisnya, DTT terdiri dari 4 bagian yaitu:
-STIMULI DARI GURU AGAR ANAK BERESPONS
-RESPON ANAK
-KONSEKWENSI
- berhenti sejenak,dilanjutkan dengan perintah selanjutnya
2. Intervensi LEAP (Learning Experience and Alternative Program for
preschooler and parents)
Intervensi LEAP menggabungkan Developmentally Appropriate Practice (DAP) dan
tehnik ABA dalam sebuah program inklusi dimana beberapa teori pembelajaran yang
berbeda digabungkan untuk membentuk sebuah kerangka konsep. Meskipun metoda Ini
menerima berbagai kelebihan dan kekurangan pada anak-anak penyandang autistik,
titik berat utama dari teori dan implementasi praktis yang mendasari program ini
adalah perkembangan sosial anak. Oleh sebab itu, dalam penerapan ini teori
autistik memusatkan diri pada central social deficit. Melalui beragamnya
pengaruh teoritis yang diperolehnya, model LEAP menggunakan teknik pengajaran
reinforcement dan kontrol stimulus. Prinsip yang mendasarinya adalah :
1. Semua anak mendapat keuntungan dari lingkungan yang terpadu
2. Anak penyandang autistik semakin membaik jika intervensi berlangsung
konsisten baik di rumah, sekolah, maupun masyarakat
3. Keberhasilan semakin besar jika orang tua dan guru bekerja bersama-sama
4. Anak penyandang autistik bisa saling belajar dari teman-teman sebaya mereka
5. Intervensi haruslah terancang, sistematis, individual
6. Anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus dan yang normal akan mendapat
keuntungan dari kegiatan yang mencerminkan DAP.
Kerangka konsep DAP berdasarkan teori perilaku, prinsip DAP dan inklusi.
3. Floor Time:
Pendekatan Floor Time berdasarkan pada teori perkembangan interaktif yang
mengatakan bahwa perkembangan ketrampilan kognitif dalam 4 atau 5 tahun pertama
kehidupan didasarkan pada emosi dan relationship (Greenspan & Wieder 1997a).
Jadi hubungan pengaruh dan interaksi merupakan komponen utama dalam teori dan
praktek model ini.
Greenspan dkk mengembangkan suatu pendekatan perkembangan terintegrasi untuk
intervensi anak yang mempunyai kesulitan besar (severe) dalam berhubungan
(relationship) dan berkomunikasi, dan tehnik intervensi interaktif yang
sistematik inilah yang disebut Floor Time. Kerangka konsep program ini
diantaranya:
-PENTINGNYA RELATIONSHIP
- enam acuan (milestone) sosial yang spesifik
-TEORI HIPOTETIKAL TENTANG AUTISTIK
4. TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication
Handicapped Children)
Divisi TEACCH merupakan program nasional di North Carolina USA, yang melayani
anak penyandang autistik, dan diakui secara internasional sebagai sistem
pelayanan yang tidak terikat/bebas. Dibandingkan dengan ketiga program yang
telah dibicarakan, program TEACCH menyediakan pelayanan yang berkesinambungan
untuk individu, keluarga dan lembaga pelayanan untuk anak penyandang autistik.
Penanganan dalam program ini termasuk diagnosa, terapi/treatment, konsultasi,
kerjasama dengan masyarakat sekitar, tunjangan hidup dan tenaga kerja, dan
berbagai pelayanan lainnya untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang spesifik.
Para terapis dalam program TEACCH harus memiliki pengetahuan dalam berbagai
bidang termasuk, speech pathology, lembaga kemasyarakatan, intervensi dini,
pendidikan luar biasa dan psikologi. Konsep pembelajaran dari model TEACCh
berdasarkan tingkah laku, perkembangan dan dari sudut pandang teori ekologi,
yang berhubungan erat dengan teori dasar autisme.
B. Program Terapi Penunjang:
Beberapa jenis terapi bagi anak autistik, antara lain:
1. Terapi Wicara: membantu anak melancarkan otot-otot mulut sehingga
membantu anak berbicara lebih baik
2. Terapi Okupasi: untuk melatih motorik halus anak
3. Terapi Bermain: mengajarkan anak melalui belajar sambil bermain
4. Terapi medikamentosa/obat-obatan (drug therapy): dengan pemberian
obat-obatan oleh dokter yang berwenang.
5. Terapi melalui makanan (diet therapy): untuk anak-anak dengan masalah
alergi makanan tertentu
6. Sensory Integration Therapy: untuk anak-anak yang mengalami gangguan
pada sensorinya
7. Auditory Integration Therapy: agar pendengaran anak lebih sempurna
8. Biomedical treatment/therapy: penanganan biomedis yang paling
mutakhir, melalui perbaikan kondisi tubuh agar terlepas dari faktor-faktor yang
merusak (dari keracunan logam berat, efek casomorphine dan gliadorphin, alergen,
dsb)
C. Layanan Pendidikan Lanjutan
Pada anak autistik yang telah diterapi dengan baik dan memperlihatkan
keberhasilan yang menggembirakan, anak tersebut dapat dikatakan “sembuh” dari
gejala autistiknya.
Ini terlihat bila anak tersebut sudah dapat mengendalikan perilakunya sehingga
tampak berperilaku normal, berkomunikasi dan berbicara normal, serta mempunyai
wawasan akademik yang cukup sesuai anak seusianya.
Pada saat ini anak sebaiknya mulai diperkenalkan untuk masuk kedalam kelompok
anak-anak normal, sehingga ia (yang sangat bagus dalam meniru/imitating) dapat
mempunyai figur/role model anak normal dan meniru tingkah laku anak normal
seusianya.
1. Kelas Terpadu sebagai kelas transisi:
Kelas ini ditujukan untuk anak autistik yang telah diterapi secara terpadu dan
terrstruktur, dan merupakan kelas persiapan dan pengenalan akan pengajaran
dengan kurikulum sekolah biasa, tetapi melalui tata cara pengajaran untuk anak
autistik ( kelas kecil dengan jumlah guru besar, dengan alat
visual/gambar/kartu, instruksi yang jelas, padat dan konsisten, dsb).
Tujuan kelas terpadu adalah:
1. Membantu anak dalam mempersiapkan transisi ke sekolah reguler2. Belajar
secara intensif pelajaran yang tertinggal di kelas reguler, sehingga dapat
mengejar ketinggalan dari teman-teman sekelasnya
Prasyarat:
1. Diperlukan guru SD dan terapis sebagai pendamping, sesuai dengan
keperluan anak didik (terapis perilaku, terapis bicara, terapis okupasi
dsb)
2. Kurikulum masing-masing anak dibuat melalui pengkajian oleh satu team dari
berbagai bidang ilmu ( psikolog, pedagogi, speech patologist, terapis, guru
dan orang tua/relawan)
3. Kelas ini berada dalam satu lingkungan sekolah reguler untuk memudahkan
proses transisi dilakukan (mis: mulai latihan bergabung dengan kelas reguler
pada saat olah raga atau istirahat atau prakarya dsb)
2. Program inklusi (mainstreaming)
Program ini dapat berhasil bila ada:
1. Keterbukaan dari sekolah umum
2. Test masuk tidak didasari hanya oleh test IQ untuk anak normal
3. Peningkatan SDM/guru terkait
4. Proses shadowing/dapat dilaksanakan Guru Pembimbing Khusus (GPK)
5. Idealnya anak berhak memilih pelajaran yang ia mampu saja (Mempunyai
IEP/Program Pendidikan Individu sesuai dengan kemampuannya)
6. Anak dapat “tamat” (bukan lulus) dari sekolahnya karena telah selesai
melewati pendidikan di kelasnya bersama-sama teman sekelasnya/peers.
7. Tersedianya tempat khusus (special unit) bila anak memerlukan terapi 1:1
di sekolah umum
Anak autistik mempunyai cara berpikir yang berbeda dan kemampuan yang tidak
merata disemua bidang, misalnya pintar matematika tapi tidak suka menulis dsb.
Ciri khas pada anak autistik:
1. Anak tidak dapat mengikuti jalan pikiran orang lain
2. Anak tidak mempunyai empati dan tidak tahu apa reaksi orang lain
atas perbuatannya.
3. Pemahaman anak sangat kurang, sehingga apa yang ia baca sukar
dipahami. Misalnya dalam bercerita kembali dan soal berhitung yang menggunakan
kalimat
4. Anak kadang mempunyai daya ingat yang sangat kuat, seperti
perkalian, kalender, dan lagu-lagu
5. Anak lebih mudah belajar memahami lewat gambar-gambar
(VISUAL-LEARNERS)
6. Anak belum dapat bersosialisasi dengan teman sekelasnya, seperti
sukar bekerjasama dalam kelompok, bermain peran dsb.
7. Anak sukar mengekspresikan perasaannya, seperti mudah frustasi bila
tidak dimengerti dan dapat menimbulkan tantrum
Kesulitan-kesulitan anak pada bulan-bulan pertama antara lain:
1. Kesulitan berkonsentrasi
2. Anak belum dapat mengikuti instruksi guru
3. Perilaku anak masih sulit diatur
4. Anak berbicara/mengoceh atau tertawa sendiri pada saat belajar
5. Timbul tantrum bila tidak mampu mengerjakan tugas
6. Komunikasi belum lancar dan tidak runtut dalam bercerita
7. Pemahaman akan materi sangat kurang
8. Belum mau bermain dan berkerjasama dengan teman-temannya
Pada bulan-bulan pertama ini sebaiknya anak autistik didampingi oleh seorang
terapis yang berfungsi sebagai shadow/guru pembimbing khusus (GPK). Tugas
seorang shadow guru pembimbing khusus (GPK) adalah:
1. Menjembatani instruksi antara guru dan anak
2. Mengendalikan perilaku anak dikelas
3. Membantu anak untuk tetap berkonsentrasi
4. Membantu anak belajar bermain/berinteraksi dengan teman-temannya
5. Menjadi media informasi antara guru dan orangtua dalam membantu
anak mengejar ketinggalan dari pelajaran dikelasnya.
Guru pembimbing khusus adalah seseorang yang dapat membantu guru kelas dalam
mendampingi anak penyandang autistik pada saat diperlukan, sehingga proses
pengajaran dapat berjalan lancar tanpa gangguan. Guru kelas tetap mempunyai
wewenang penuh akan kelasnya serta bertanggung jawab atas terlaksananya
peraturan yang berlaku.
3. Sekolah Khusus:
Pada kenyataannya dari kelas Terpadu terevaluasi bahwa tidak semua anak
autistik dapat transisi ke sekolah reguler. Anak-anak ini sangat sulit untuk
dapat berkonsentrasi dengan adanya distraksi di sekeliling mereka. Beberapa anak
memperlihatkan potensi yang sangat baik dalam bidang tertentu misalnya olah
raga, musik, melukis, komputer, matematika, ketrampilan dsb. Anak-anak ini
sebaiknya dimasukkan ke dalam Kelas khusus, sehingga potensi mereka dapat
dikembangkan secara maksimal.
Contoh sekolah khusus: Sekolah ketrampilan, Sekolah pengembangan olahraga,
Sekolah Musik, Sekolah seni lukis, Sekolah Ketrampilan untuk usaha kecil,
Sekolah komputer, dlsb.
4. Program sekolah dirumah (Homeschooling Program):
Adapula anak autistik yang bahkan tidak mampu ikut serta dalam Kelas Khusus
karena keterbatasannya, misalnya anak non verbal, retardasi mental, masalah
motorik dan auditory dsb. Anak ini sebaiknya diberi kesempatan ikut serta dalam
Program Sekolah Dirumah (Homeschooling Program). Melalui bimbingan para
guru/terapis serta kerjasama yang baik dengan orangtua dan orang-orang
disekitarnya, dapat dikembangkan potensi/strength anak. Kerjasama guru dan
orangtua ini merupakan cara terbaik untuk men-generalisasi program dan membentuk
hubungan yang positif antara keluarga dan masyarakat. Bila memungkinkan, dengan
dukungan dan kerjasama antara guru sekolah dan terapis di rumah anak-anak ini
dapat diberi kesempatan untuk mendapat persamaan pendidikan yang setara dengan
sekolah reguler/SLB untuk bidang yang ia kuasai. Dilain pihak, perlu dukungan
yang memadai untuk keluarga dan masyarakat sekitarnya untuk dapat menghadapi
kehidupan bersama seorang autistik.
IV. PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN AUTISTIK
A. Pelaksanaan Indentifikasi anak Autistik harus mengacu pada :
1) Rujukan untuk Terapi
Rujukan diperoleh dari:
a. Guru TK/Playgroup/TPA
b. Orang tua
c. Tenaga Ahli
2) Asesment
Asesment dilakukan oleh satu team yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu
seperti :
a. Dokter
b. Psikolog
c. Speech patologis
d. Terapis
e. Guru
f. Orang tua
g. Relawan
1. Asesment didasari oleh :
a. Pedoman Kurikulum TK dan SD tahun 1994
b. Pedoman Observasi untuk anak autistik
c. Behavioral intervention manual dari Chatherine Maurice
d. Observasi klinis
e. Masukan dari orang tua
f. Rujukan dari guru, orang tua, dan tenaga ahli
2. Hal-hal yang dikaji :
a. Kognitif
b. Motorik kasar
c. Motorik halus
d. Bahasa dan komunikasi
e. Interaksi sosial
f. Bantu diri (self help)
g. Penglihatan
h. Pendengaran
i. Nutrisi
j. Otot-otot mulut
3) IEP/Individual Educational Plan and Program
IEP didasari oleh kebutuhan dan kemampuan anak untuk mengejar
ketertinggalannya dan mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki.
4) Persetujuan Orang Tua
Orang tua harus memiliki komitmen terhadap IEP ikut serta dalam kelompok
kerja (Team work) yang terlibat dalam pendidikan anak
5) Evaluasi
Evaluasi pendidikan untuk anak autistik meliputi :
a. Evaluasi proses : untuk penilaian guru terhadap anak dalam
setiap hari,
b. Evaluasi bulanan : laporan dari orang tua kepada guru, atau
sebaliknya,
c. Evaluasi catur wulan : laporan untuk orang tua berbentuk deskripsi
kemampuan anak dengan penilaian kualitatif.
B. PENGEMBANGAN KURIKULUM
Anak autistik memiliki kemampuan yang berdeferensiasi, serta proses perkembangan
dan tingkat pencapaian programpun juga tidak sama antara satu dengan yang
lainnya. Oleh karena itu kurikulum dapat dipilih, dimodifikasi dan dikembangkan
oleh guru/pelatih/terapis/pembimbing, dengan bertitik tolak pada kebutuhan
masing-masing anak berdasarkan hasil identifikasi. Pemilihan dan modifikasi
kurikulum juga disesuaikan dengan tingkat perkembangan kemampuan anak, dan
ketidakmampuannya, usia anak, serta memperhatikan sumber daya/lingkungan yang
ada.
Pelayanan pendidikan bagi anak autistik akan lebih baik apabila dimulai sejak
dini (intervensi dini). Sehingga untuk mengembangkan kurikulum mengacu pada :
1. Program Pengembangan kelompok bermain (usia 2-3 tahun)
2. Kurikulum Taman Kanak-kanak (usia 4-5- tahun)
3. Kurikulum Sekolah Dasar
4. Kurikulum SLB Tuna Rungu
5. Kurikulum SLB Tunarungu dan Tunagrahita
Penyusunan program layanan pendidikan dan pengajaran diambil dari kurikulum
tersebut, dengan mempertimbangkan kemampuan dan ketidakmampuan (kebutuhan) anak,
dengan modifikasi. Kurikulum bagi anak autistik dititik beratkan pada
pengembangan kemampuan dasar, yaitu :
1. Kemampuan dasar kognitif
2. Kemampuan dasar bahasa/Komunikasi
3. Kemampuan dasar sensomotorik
4. Kemampuan dasar bina diri, dan
5. Sosialisasi.
Apabila kemampuan dasar tersebut dapat dicapai oleh anak dengan mengacu pada
kemampuan anak yang sebaya dengan usia biologi/ kalendernya, maka kurikulum
dapat ditingkatkan pada kemampuan pra akademik dan kemampuan akademik, meliputi
kemampuan : membaca, menulis, dan matematika (berhitung).
C. KETENAGAAN
Ketenagaan dalam penyelenggaraan pendidikan autistik meliputi beberapa
komponen yang sangat terkait satu dengan yang lain. Yang akan kita jelaskan di
bawah ini :
1) Tenaga Kependidikan
Tenaga kependidikan yang dimaksud disini, bisa guru atau terapis.
Tenaga kependidikan untuk anak autistik ini idealnya dari disiplin ilmu
yang sesuai seperti PGTK, PGSD dan Sarjana PLB atau Sarjana Psikolog. Bukan
berarti dari disiplin ilmu yang lain tidak mampu dalam menangani anak autistik.
Tetapi harus ada pelatihan dan bimbingan. Karena yang paling diperlukan dalam
diri seorang pendidik terutama dalam penanganan terhadap anak autistik adalah:
1. Mau menerima dan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan sepenuh
hati dan disertai rasa kasih sayang.
2. Mau banyak belajar untuk memperbanyak pengetahuan dan wawasan.
Tenaga kependidikan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
terhadap anak diperlukan kreativitas yang tinggi. Karena perlu diketahui bahwa
penanganan anak autistik tidak bisa disamakan antara anak yang satu dengan anak
yang lain.
2) Tenaga Non kependidikan para akademisi/profesional terkait.
Selain tenaga kependidikan dalam penanganan terhadap anak autistik yang
sangat berperan adalah :
a. Tenaga Terapi Perilaku
Perilaku menjadi dasar bagi terapi selanjutnya
b. Tenaga terapi wicara :
Karena seperti kita ketahui banyak anak autistik yang juga mengalami gangguan
dalam berbahasa atau berkomunikasi.
c. Tenaga Terapi Sensori Motorik Integrasi :
Contoh dalam materi penjaskes SLB Tunagrahita
d. Yang juga sangat menunjang dalam penyelenggaraan pendidikan untuk anak
autistik adalah
-ORANG TUA
-PSIKOLOG
-PSIKIATER
-DOKTER
-RELAWAN
- Dan tanaga ahli yang lain seperti : ahli gizi, dlsb.
3) Tenaga administrasi
Tanaga administrasi juga sangat diperlukan untuk membantu penyelenggaraan
pendidikan anak autistik. Adapun tujuannya untuk membantu memperlancar
tugas-tugas dari penyelenggara pendidikan anak autistik.
4) Tenaga Penyelenggara (Pengurus Yayasan)
Pengurus yayasan atau tenaga penyelenggara adalah orang yang mendirikan
pendidikan bagi anak autistik. Sekaligus bertugas sebagai fasilitator bagi
setiap keperluan pendidikan yang didirikan dan bertanggung jawab terhadap
perkembangan sekolah maupun tenaga pengelola yang ada sekolah tersebut.
5) Tenaga Pengelola (Pemimpin Sekolah)
Tenaga pengelola merupakan jembatan antara orang tua, lingkungan dan pihak
penyelenggara serta peningkatan sumber daya manusia bagi guru atau terapisnya.
D. SARANA DAN PRASARANA
Sarana dan prasarana ini disesuaikan dengan tahapan usia sekolah sebagai berikut
:
I. Usia Pendidikan Prasekolah
- Alat Peraga : pengenalan warna, bentuk, huruf dan angka,
benda-benda sekitar, buah, binatang, kendaraan.
-ALAT BANTU KOMUNIKASI : BERUPA GAMBAR-GAMBAR YANG MEWUJUDKAN TUJUAN
komunikasi dari anak.
- Alat bantu pengembangan motorik halus : cara memegang pensil, menggunting,
mewarna, dan sebagainya
- Alat bantu pengembangan motorik kasar : bola, tali, dlsb.
-KURIKULUM TANAN KANAK-KANAK
- Terapi wicara (terapi dan alatnya) baik manual atau elektronik
- Terapi sensori motorik integrasi (ayunan, lorong, balok titian dan
sebagainya)
II. Usia Pendidikan Sekolah Dasar
- Segala sarana belajar yang ada pada sekolah dasar pada umumnya
- Alat peraga konkrit sebagai penunjang sarana belajar
-GURU PENDAMPING
-SARANA UNTUK BERSOSIALISASI
III. Usia Pendidikan Menengah
Pada usia ini jika dimungkinkan anak mengikuti kurikulum sekolah menengah
maka sarana belajar bisa mengikuti sarana yang diperlukan untuk sekolah menengah
akan tetapi jika anak harus berada pada sekolah khusus, maka sarana yang
dibutuhkan harus mengacu pada pengembangan kemampuan fungsional yang ada pada
setiap anak autistik.
E. PENDANAAN
Pendidikan bagi anak autistik memang memerlukan biaya yang mahal, karena pola
pengajaran yang individual (satu anak, satu guru). Oleh karena itu diperlukan
peranan masyarakat dan orang tua siswa yang lebih besar.
F. MANAJEMEN
Pelayanan pendidikan bagi anak autistik merupakan suatu kegiatan yang terpadu
dan juga melibatkan unsur-unsur sebagai berikut :
1. Orang tua, merupakan pemegang peran utama dalam penanganan anak autistik
karena interaksi anak dengan orang tua lebih besar porsinya dibandingkan dengan
di sekolah.
2. Tenaga pendidik, dimana yang berhubungan langsung dengan anak didik
sehingga dalam memberikan evaluasi yang lebih akurat dan mengoptimalkan
pembelajaran.
3. Penyelenggara pendidikan, sebagai penanggung jawab kurikulum dan penyedia
sarana dan prasarana pendidikan bagi anak autistik maka peran serta mereka
mutlak diperlukan guna memberikan tempat pelayanan pendidikan yang memadai.
4. Tenaga profesional (dokter, terapis, psikolog) yang berfungsi untuk
mendeteksi dan menangani, anak autistik secara berkesinambungan dan integral.
5. Lembaga pemerintah sebagai fasilitator, dan juga sekaligus mengawasi
program pelayanan pendidikan anak autistik
Dari masing-masing unsur tersebut harus berbentuk suatu jaringan kerja sehingga
dapat mengembangkan program-program yang bersifat inovatif secara berkelanjutan
dan mampu memberikan pelayanan pendidikan bagi anak autistik.
G. LINGKUNGAN
Lingkungan bagi anak yang manapun, tidak hanya dilaksanakan didalam
gedung, tetapi juga diluar gedung. Khusus untuk pendidikan di luar gedung, maka
sebaiknya lingkungan difahamkan dulu tentang anak autistik, seperti lingkungan
bisa bersikap yang tepat pada anak autistik. Lingkungan yang dimaksud adalah :
1. Keluarga tempat dimana anak autistik berada, yaitu Bapak, Ibu, Kakak, Adik,
Kakek, Nenek, Pembantu, dlsb.
2. Masyarakat sekitar tempat pendidikan
3. Masyarakat pemilik sarana integrasi dan sosialisasi bagi anak autistik.
4. Masyarakat secara luas sehingga perlu informasi melalui media cetak,
elektronik, penyuluhan, seminar, dlsb.
H. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Kegiatan belajar mengajar merupakan interaksi antara siswa (anak autistik) yang
belajar dan guru pembimbing yang mengajar. Dalam upaya membelajarkan anak
autistik tidak mudah. Guru pembimbing sebagai model untuk anak autistik harus
memiliki kepekaan, ketelatenan, kreatif dan konsisten di dalam kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh karena anak autistik pada umumnya mengalami
kesulitan untuk memahami dan mengerti orang lain. Maka guru pembimbing
diharuskan untuk mampu memahami dan mengerti anak autistik.
Komponen-komponen yang harus ada dalam kegiatan belajar mengajar adalah :
1. Anak didik
Yakni anak autistik dan anak-anak yang masuk dalam spektrum autistik.
2. Guru pembimbing
Seorang guru pembimbing anak autistik harus memiliki dedikasi,
ketelatenan, keuletan dan kreativitas di dalam membelajarkan anak didiknya.
Sehingga guru pembimbing harus memahami prinsip-prinsip pendidikan dan
pengajaran untuk anak autistik.
Prinsip-prinsip pendidikan dan pengajaran
Pendidikan dan pengajaran anak autistik pada umumnya dilaksanakan
berdasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Terstruktur
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik diterapkan prinsip
terstruktur, artinya dalam pendidikan atau pemberian materi pengajaran dimulai
dari bahan ajar/materi yang paling mudah dan dapat dilakukan oleh anak. Setelah
kemampuan tersebut dikuasai, ditingkatkan lagi ke bahan ajar yang setingkat
diatasnya namun merupakan rangkaian yang tidak terpisah dari materi sebelumnya.
Sebagai contoh, untuk mengajarkan anak mengerti dan memahami makna dari
instruksi “Ambil bola merah”. Maka materi pertama yang harus dikenalkan kepada
anak adalah konsep pengertian kata “ambil”, “bola”. dan “merah”. Setelah anak
mengenal dan menguasai arti kata tersebut langkah selanjutnya adalah
mengaktualisasikan instruksi “Ambil bola merah” kedalam perbuatan kongkrit.
Struktur pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik meliputi :
-STRUKTUR WAKTU
- Struktur ruang, dan
-STRUKTUR KEGIATAN
b. Terpola
Kegiatan anak autistik biasanya terbentuk dari rutinitas yang terpola dan
terjadwal, baik di sekolah maupun di rumah (lingkungannya), mulai dari bangun
tidur sampai tidur kembali. Oleh karena itu dalam pendidikannya harus
dikondisikan atau dibiasakan dengan pola yang teratur.
Namun, bagi anak dengan kemampuan kognitif yang telah berkembang, dapat
dilatih dengan memakai jadwal yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungannya, supaya anak dapat menerima perubahan dari rutinitas yang berlaku
(menjadi lebih fleksibel). Diharapkan pada akhirnya anak lebih mudah menerima
perubahan, mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan (adaptif) dan dapat
berperilaku secara wajar (sesuai dengan tujuan behavior therapi).
c. Terprogram
Prinsip dasar terprogram berguna untuk memberi arahan dari tujuan yang
ingin dicapai dan memudahkan dalam melakukan evaluasi. Prinsip ini berkaitan
erat dengan prinsip dasar sebelumnya. Sebab dalam program materi pendidikan
harus dilakukan secara bertahap dan berdasarkan pada kemampuan anak, sehingga
apabila target program pertama tersebut menjadi dasar target program yang kedua,
demikian pula selanjutnya.
d. Konsisten
Dalam pelaksanaan pendidikan dan terapi perilaku bagi anak autistik,
prinsip konsistensi mutlak diperlukan. Artinya : apabila anak berperilaku
positif memberi respon positif terhadap susatu stimulan (rangsangan), maka guru
pembimbing harus cepat memberikan respon positif (reward/penguatan), begitu pula
apabila anak berperilaku negatif (Reniforcement) Hal tersebut juga dilakukan
dalam ruang dan waktu lain yang berbeda (maintenance) secara tetap dan tepat,
dalam arti respon yang diberikan harus sesuai dengan perilaku sebelumnya.
Konsisten memiliki arti “Tetap”, bila diartikan secara bebas konsisten
mencakup tetap dalam berbagai hal, ruang, dan waktu. Konsisten bagi guru
pembimbing berarti; tetap dalam bersikap, merespon dan memperlakukan anak sesuai
dengan karakter dan kemampuan yang dimiliki masing-masing individu anak
autistik. Sedangkan arti konsisten bagi anak adalah tetap dalam mempertahankan
dan menguasai kemampuan sesuai dengan stimulan yang muncul dalam ruang dan waktu
yang berbeda. Orang tua pun dituntut konsisten dalam pendidikan bagi anaknya,
yakni dengan bersikap dan memberikan perlakukan terhadap anak sesuai dengan
program pendidikan yang telah disusun bersama antara pembimbing dan orang tua
sebagai wujud dari generalisasi pembelajaran di sekolah dan dirumah.
e. Kontinyu
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik sebenarnya tidak jauh berbeda
dengan anak-anak pada umumnya. Maka prinsip pendidikan dan pengajaran yang
berkesinambungan juga mutlak diperlukan bagi anak autistik. Kontinyu disini
meliputi kesinambungan antara prinsip dasar pengajaran, program pendidikan dan
pelaksanaannya. Kontinyuitas dalam pelaksanaan pendidikan tidak hanya di
sekolah, tetapi juga harus ditindaklanjuti untuk kegiatan dirumah dan lingkungan
sekitar anak. Kesimpulannya, therapi perilaku dan pendidikan bagi anak autistik
harus dilaksanakan secara berkesinambungan, simultan dan integral (menyeluruh
dan terpadu).
3. Kurikulum
Dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik tentunya
harus berdasarkan pada kurikulum pendidikan yang berorientasi pada kemampuan dan
ketidak mampuan anak dengan memperhatikan deferensiasi masing-masing individu.
4. Pendekatan dan Metode
Pendidikan dan pengajaran bagi anak autistik menggunakan Pendekatan dan
program individual. Sedangkan metode yang digunakan adalah merupakan perpaduan
dari metode yang ada, dimana penerapannya disesuaikan kondisi dan kemampuan anak
serta materi dari pengajaran yang diberikan kepada anak. Metode dalam pengajaran
anak autistik adalah metode yang memberikan gambaran kongkrit tentang “sesuatu”,
sehingga anak dapat menangkap pesan, informasi dan pengertian tentang “sesuatu”
tersebut.
5. Sarana Belajar Mengajar
Sarana belajar diperlukan, karena akan membantu kelancaran proses
pembelajaran dan membantu pembentukan konsep pengertian secara kongkrit bagi
anak autistik. Pola pikir anak autistik pada umumnya adalah pola pikir
kongkrit. sehingga sarana belajar mengajarnyapun juga harus kongkrit. Beberapa
anak autistik dapat berabstraksi, namun pada awalnya mereka dilatih dengan
sarana belajar yang kongkrit.
6. Evaluasi
Untuk mengukur berhasil atau tidaknya pendidikan dan pengajaran perlu
dilakukan adanya evaluasi (penilaian). Dalam pendidikan dan pengajaran bagi anak
autistik evaluasi dapat dilakukan dengan cara:
1. Evaluasi Proses
Evaluasi Proses ini dilakukan dengan cara seketika pada saat proses
kegiatan berlangsung dengan cara meluruskan atau membetulkan perilaku menyimpang
atau pembelajaran yang sedang berlangsung seketika itu juga. Hal ini dilakukan
oleh pembimbing dengan cara memberi reward atau demonstrasi secara visual dan
kongkrit.
Di samping itu untuk mengetahui sejauh mana progres yang dicapai anak
dapat diketahui dengan cara adanya catatan khusus/buku penghubung.
2. Evaluasi Bulan
Evaluasi ini bertujuan untuk memberikan laporan perkembangan atau
permasalahan yang ditemukan atau dihadapi oleh pembimbing di sekolah. Evaluasi
bulanan ini dilakukan dengan cara mendiskusikan masalah dan perkembangan anak
antara guru dan orang tua anak autistik guna mendapatkan pemecahan masalah
(solusi dan pemecahan masalah), antara lain dengan mencari penyebab dan latar
belakang munculnya masalah serta pemecahan masalah macam apa yang tepat dan
cocok untuk anak autistik yang menjadi contoh kasus. Hal ini dapat dilakukan
oleh guru dan orang tua dengan mengadakan diskusi bersama atau case conference.
3. Evaluasi Catur Wulan
Evaluasi ini disebut juga dengan evaluasi program yang dimaksud sebagai
tolok ukur keberhasilan program secara menyeluruh. Apabila tujuan program
pendidikan dan pengajaran telah tercapai dan dapat dikuasai anak, maka
kelanjutan program dan kesinambungan program ditingkatkan dengan bertolak dari
kemampuan akhir yang dikuasai anak, sebaliknya apabila program belum dapat
terkuasai oleh anak maka diadakan pengulangan program (remedial) atau meninjau
ulang apa yang menyebabkan ketidak berhasilan pencapaian program.
Faktor Penentu Keberhasilan Pendidikan dan Pengajaran bagi Anak Autistik.
Tingkat keberhasilan pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran anak autistik
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Berat – ringannya kelainan/gejala
2. Usia pada saat diagnosis
3. Tingkat kemampuan berbicara dan berbahasa
4. Tingkat kelebihan (strengths) dan kekurangan (weaknesses) yang dimiliki
anak
5. Kecerdasan/IQ
6. Kesehatan dan kestabilan emosi anak
7. Terapi yang tepat dan terpadu meliputi guru, kurikulum, metode, sarana
pendidikan, lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Hambatan Proses Belajar Mengajar dan Solusinya.
1. Masalah prilaku
Masalah perilaku yang sering muncul yaitu : stimulasi diri dan stereotip.
Bila perilaku tersebut muncul yang dapat kita lakukan :
i. Memberikan Reinforcement.
ii. Tidak memberi waktu luang bagi anak untuk asyik dengan diri sendiri
iii. Siapkan kegiatan yang menarik dan positif
iv. Menciptakan situasi yang kondusif bagi anak, tidak menyakiti diri.
2. Masalah Emosi :
Masalah ini menyangkut kondisi emosi yang tidak stabil, misalnya;
menangis, berteriak, tertawa tanpa sebab yang jelas, memberontak, mengamuk,
destruktif, tantrum dlsb.
Cara mengatasinya :
1) Berusaha mencari dan menemukan penyebabnya
2) Berusaha menenangkan anak dengan cara tetap bersikap tenang.
3) Setelah kondisi emosinya mulai membaik, kegiatan dapat dilanjutkan.
3. Masalah Perhatian. (Konsentrasi)
Perhatian anak dalam belajar kadang belum dapat bertahan untuk waktu yang
lama dan masih berpindah pada obyek/kegiatan lain yang lebih menarik bagi anak.
Untuk itu maka usaha yang harus diupayakan oleh pembimbing adalah:
a. Waktu untuk belajar bagi anak ditingkatkan secara bertahap.
b. Kegiatan dibuat semenarik mungkin, dan bervariasi.
c. Istirahat sebentar kemudian kegiatan dilanjutkan kembali, dimaksudkan untuk
mengurangi kejenuhan pada anak, misal : dengan menyanyi, bermain, bercanda,
dlsb.
4. Masalah Kesehatan.
Bila kondisi kesehatan siswa kurang baik, maka kegiatan belajar mengajar
tidak dapat berjalan secara efektif, namun demikian kegiatan belajar tetap dapat
dilaksanakan, hanya saja dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi anak.
5. Orang Tua
Untuk memberikan wawasan pada orang tua, perlu dibentuk Perkumpulan Orang
Tua Siswa, sebagai sarana penyebaran berbagi pengalaman sesama seperti informasi
baru dari informasi internet, buku-buku bahkan jika mungkin tatap muka dengan
tokoh yang berkaitan dalam pendidikan untuk anak autistik atau anak dengan
kebutuhan khusus.
6. Masalah Sarana Belajar
Dengan menyediakan materi-materi yang mungkin diperlukan untuk kepentingan
terapi anak-anaknya misalnya :
- Textbook berbahasa Inggris dan Indonesia,
- Buku-buku pelajaran siswa,
- Kartu-kartu PECS, Compics, Flashcard, dlsb,
- Pegs, balok kayu, puzzle dan mainan edukatif lainnya.
Source: Dikdasmen Depdiknas
bicara - cara pijat brain gym - bicara- hal 3
http://puterakembara.org/archives3/00000038.shtml
Gerakan Brain Gym untuk Perkembangan Bicara
----- Original Message -----
From: Aan Anwar
To: peduli-autis
Subject: [Puterakembara] Gerakan Brain Gym untuk Perkembangan Bicara
Temans,
Ini Brain Gym yang saya baca di buku "I am The Child". Tapi maaf, kalo ada yang salah, wong saya aja baru mulai mau nerapin juga. Brain gym ini fokus ke gerakan untuk anak kita yang terganggu perkembangan bicaranya. Kalau sulit dibayangkan gerakannya, maaf maaf banget. Emang paling enak kalau ada videonya ya?
1. Gerakan Meregangkan Otot :
yaitu kemampuan berguling dari posisi tiarap sampai ke posisi telentang, dan sebaliknya, kemampuan membedakan daerah tubuh dan memulai gerakan dari satu bagian tubuh.
Fungsinya: membantu bicara, pemahaman dan halangan lain yang terkait dengan bicara
2. Burung Hantu Reseptif:
terapis berdiri di belakang si anak dan meremas bahu si anak sambil menolehkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Fungsinya: integrasi tengkuk, integrasi visi dan mendengarkan dengan gerakan seluruh tubuh, agar bisa mensejajarkan kepala dan leher dengan lebih baik, memperhatikan, membedakan dan persepsi auditori, memori, kemampuan berpikir dan bicara.
3. Mengaktifkan Tangan:
terapis mengangkat kedua lengan anak lurus ke atas, menahan dengan lembut pada kedua sisi kepalanya, memanjangkannya, dan mengangkatnya sedikit naik dari tulang iga.
Fungsi: mengurangi ketegangan motorik kasar dalam bahu, dada, lengan dan tangan, koordinasi mata-tangan, cara bicara ekspresif dan kemampuan berbahasa, pernafasan lebih baik
4. Lambaian Kaki:
terapis memegang bagian bawah lutut (origo) dan di bagian tumit (insertio) secara bersamaan dengan posisi direntangkan (seperti posisi sila, tetapi kaki satunya menapak di lantai dan si anak berdiri, terapis menahan di belakang). Kemudian kakinya digerak-gerakkan seperti sedang melambai, ulangi dengan kaki lainnya.
Fungsi: kemampuan untuk menahan atau memulai sendiri, menahan berat secara lebih baik, mempertinggi ekspresi diri, dan cara bicara yang ekspresif serta keterampilan berbahasa
5. Pompa Betis:
anak berdiri pada jarak satu lengan dari meja dan menyandar ke dean pada meja sambil meletakkan telapak tangan di atas meja. Satu kaki ditarik lurus ke belakang sampai jari jari kakinya
menyentuh lantai dan tumitnya terangkat. Terapis memegangi pergelangan kaki anak sambil dengan lembut menekan tumit anak ke lantai. Lalu tumit diangkat dan proses menekan mengangkat diulangi beberapa kali untuk memanjangkan otot betisnya.
Fungsi: kemampuan untuk menahan dan memulai sendiri, menahan bobot, mempertinggi kesadaran sikap tubuh dan ekspresi diri, cara berbicara yang ekspresif dan kemampuan berbahasa
6. Sakelar Otak:
dengan satu tangannya, terapis dengan kuat memijat jaringan lunak di bawah tulang selangka anak, kiri dan kanan tulang dada, lalu terapis meletakkan tangannya yang lain pada pusar si anak.
Cara lain: terapis dengan perlahan menggerakkan sebuah pena dengan memegangnya dari jarak 12 sampai 18 inci dari hidung si anak, dari kiri bidang visual anak ke kanan, dan kembali lagi. Diulang. Fungsi: mengirim pesan dari belahan otak kanan ke sebelah kiri tubuh, dan sebaliknya, menerima oksigen lebih banyak, perbaikan koordinasi visual, peningkatan kemampuan berpijak dan memusat.
7. Menguap Ber Energi;
terapis menekan atau dengan lembut memijat sembarang titik yang tegang pada rahang anak khususnya pada tepi geraham bagian atas dan bawah, kemudian bersama sama anak, terapis
mengeluarkan bunyi desahan (menguap) yang membuat relaks.
Fungsi: perbaikan fungsi motor untuk otot otot yang terlibat dalam proses mengunyah dan bersuara, peningkatan relaksasi dan visual, perbaikan komunikasi yang ekspresif dan verbal, peningkatan kemampuan memilah informasi penting.
8. Pasang Telinga;
terapis menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk menarik kedua telinga anak dengan lembut keluar dan melepas gulungannya dimulai dari puncak telinga dipijat lembut sepanjang lengkungannya, berakhir di cuping bawah (3 titik atas tengah bawah). Ulangi 3 x atau lebih.
Fungsi: membedakan persepsi, memori auditori, mendengarkan suaranya sendiri saat berbicara, daya ingat jangka pendek, bicara dalam hati dan keterampilan berpikir, mendengar dengan kedua telinga secara bersamaan.
Regards,
Aan Anwar
http://awakeningsmedicalcenter.com/blog/2009/10/27/curcumin/
Curcumin
What is Curcumin?
Curcumin is a substance derived from the spice Tumeric and is responsible for giving curry its yellow color and delicious flavor. This spice is from the Curcma Longa plant which is native to Indonesia and South India. Curcumin was first used as a spice and then was found to have fabulous medicinal qualities.
Has Curcumin been proven to help anything?
YES! In many studies, Curcumin has been proven to fight cancer and inflammation. Curcumin possesses anti-oxidant, anti-inflammatory, anti-carcinogenic and anti-microbial properties. WOW!!! This herb contains important phytonutrients as well as natural COX 2 inhibition.
Are there any other medical benefits?
YES! Studies show many other benefits as well. Curcumin improves cholesterol by lowering LDL and raising HDL. It also preserves kidney function, protects against Alzheimer’s disease, improves indigestion, fights Chron;s disease, and decreases liver inflammation.
Are there medical benefits specific to Autism?
YES! In autism, Curcumin has been shown to reduce gas and bloating, while aiding in the absorption of protein and the ability to digest fats. Curcumin maintains and improves GI flora and supports liver function and the bodyÆs natural Detox system. Many Biomedical MDs use curcumin to reduce gut inflammation and thereby, healing the ôleaky gutö phenomenon (this is why our kids respond to special restrictive diets). I have seen Curcumin heal several childrenÆs inflamed GI tract enough to allow resumption
Many Biomedical MDs report that Curcumin helps with kids that are suffering from bloating, gas, reflux, diarrhea OR constipation.
If you think you would like to try Curcumin, then do this simple test on your child…give motrin once daily for 1 week and if your child seems improved, then Curcumin will likely work for him/her! Motrin and Curcumin are both anti-inflammatory and work by COX 2 inhibition.
What is the safety record?
FDA trials prove that Curcumin is very safe. Humans were given up to 10g of curcumin daily and the FDA found no evidence of toxicity. Some cases of contact dermatitis and mild stomache upset have been reported. A rare case of liver toxicity has been reported in someone with liver disease who was taking high doses for a long period of time. .
How do I get Curcumin?
You can get Curmcumin just about anywhere. It is available in healthfood stores and widely on the internet. I would caution everyone to get Curcumin from a reputable source as it is an herb and could have any number of toxins sprayed on the leaves…etc. I recommend Lee Silsby Compounding Pharmacy because they constantly test for purity and they offer Enhansa–the most potent curcumin available. Some insurances are covering Curcumin if you have a prescription.
DO NOT USE IF YOU ARE/HAVE:
…pregnant, gallstones, liver disease, or are a heavy drinker.
Drug interactions: None.
Caution: Please stop taking Curcumin at least 7 days before surgery and it may thin the blood.
I hope this helps everyone understand Curcumin. I am very excited about this herb and am using it more and more. My own son, Sam, is taking it now and is doing great!
http://www.ageofautism.com/2009/02/ourkidsasd-offers-powerful-turmeric-in-enhansa.html
Selasa, 22 Desember 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar