Aneka Terapi Penderita Autis
http://www.tabloidnova.com/Nova/Keluarga/Anak/Aneka-Terapi-Penderita-Autis
Aneka Terapi Yang Dilakukan untuk penderita autis
1. Terapi Obat (Medikamentosa)
Pada awalnya diperlukan obat untuk membantu anak berkonsentrasi, ada kontak mata, dan meningkatkan interaksi dengan lingkungan. Namun obat ini tak dirancang untuk seumur hidup, karena hanya berguna mengurangi atau menghilangkan beberapa gejala, terutama sekali mengontrol perilaku mengacau. Jadi, tujuannya agar si anak lebih mudah untuk ditatalaksana.
Secara bertahap dosis obat diturunkan sampai minimum. Tapi bila kemudian timbul masalah lagi, maka dosis obat dapat diberikan seperti semula lagi.
2. Terapi Diet
Pada beberapa penyandang autisme dilakukan diet terhadap bahan-bahan tertentu, sehingga anak tak lagi mengalami gangguan perilaku semisal hiperaktif. Dietnya antara lain pantang gula, lemak, ragi, terigu, susu, kafein, gluten, pengawet makanan, penyedap makanan, dan bahan pewarna makanan.
3. Terapi Okupasi
Bila ada kelemahan otot atau gangguan perkembangan motorik halus, misalnya, tak bisa menguasai sesuatu atau memegang pensil, maka dilakukan fisioterapi untuk melatih otot yang lemah/kaku. Terapi ini membantu anak mengembangkan kekuatan dan koordinasi, dengan atau tanpa menggunakan alat.
4. Terapi Wicara
Semua penyandang autisme mengalami gangguan bicara dan bahasa, sehingga harus dilakukan terapi oleh ahlinya.
5. Terapi Perilaku
Anak diajarkan perilaku-perilaku umum dengan pemberian reward dan punishment. Bila ia melakukan apa yang diperintahkan dengan benar, maka diberi pujian. Jika sebaliknya, ia dapat hukuman semisal, "Ya sudah, kalau kamu maunya begitu terus, kita tidak jadi bermain." Tentu perintahnya merupakan perintah-perintah sederhana dan mudah dimengerti anak.
Terapi ini dilakukan pada institusi secara penuh dari Senin-Jumat dan dilanjutkan di rumah oleh orang tua. Karena itu, orang tua harus juga punya pengetahuan mengenai program ini lewat pelatihan-pelatihan.
Ber -IQ Tinggi
Jangan kira penyandang autisme identik dengan bodoh. Memang, diakui DR. Rudy Sutadi, DSA, sekitar 70 persen penderitanya dinyatakan mengalami retardasi mental. "Penyebabnya bisa berbagai hal. Yang jelas, bila anak autisme tak ditangani, ya, bisa dikatakan termasuk retardasi mental. Karena kriteria IQ-nya di bawah 75."
Tapi jika penyandang autisme ditatalaksana dengan intensif dan baik, maka banyak juga yang ber-IQ tinggi. "Ada yang IQ-nya 120-130. Bahkan 150." Jadi, si anak sebenarnya berpotensi IQ tinggi. Hanya saja sebelum ditatalaksana IQ-nya itu tak terukur. Setelah ditatalaksana barulah diketahui kalau IQ-nya ternyata tinggi. Kelak di kemudian hari mereka bisa menjadi seorang yang ahli di bidangnya. Contoh, pelukis Van Gogh dan Leonardo Da Vinci. Riwayat hidup mereka diperkirakan autistik.
Lain halnya bila si penyandang autisme tak ditangani, mungkin ada beberapa gejala yang berkurang. Namun ada pula yang gejalanya menetap, menghebat, atau malah yang tadinya tak ada jadi muncul. Pada prinsipnya, tandas Rudy, penyandang autisme yang tak ditatalaksana dengan baik tetaplah autisme. "Salah jika orang tua mengharapkan anaknya bisa 'sembuh' dengan bertambah umurnya. Justru akan lebih bertambah besar gap-nya kalau dilihat dari grafik perkembangannya. Mungkin beberapa bulan tak terlihat tapi lama-la
Rabu, 23 Juni 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar