kamis, 28 Oktober 2010
http://www.hai-online.com/Hai2/Psiko/About-You/Jika-Kamu-Terserang-ADHD
Jika Kamu Terserang ADHD
Lo masuk daftar black list guru-guru di sekolah? Hampir semua guru ngecap lo sebagai anak bandel atau pemalas? Padahal rasanya sih nggak begitu. Tunggu! Coba lo baca artikel ini.
Upff, paling males deh kalo guru-guru udah kompakan nempelin cap jelek di jidat kita. Bukan masalah tengsin sama temen-temen (terutama cewek-cewek). Masalahnya setelah cap jelek itu nempel, biasanya kita jadi terlibat banyak kasus.
Gara-gara cap jelek, bawaannya jadi tertuduh melulu. Ada keributan di kelas atau di sekolah, langsung dicurigai sebagai biang kerok. Belum lagi kalo bikin salah, lupa bikin PR misalnya, hukumannya bisa-bisa lebih parah daripada temen lain. Yang gawat kalo pas nerima rapor nilai pada jeblok. Semua kelakuan minus di sekolah pasti diaduin ke ortu! Next, tinggal siap-siap menghadapi “pengadilan” di rumah.
Man , kalo lo termasuk golongan yang kadung dicap jelek sama guru-guru, gue mau tanya dong. Pernah nggak lo bingung, kenapa guru-guru mencap lo seperti itu? Contoh, dicap rebel atau bego. Sementara lo sama sekali nggak ngerasa rebel atau bego. Lo ngerasa kelakuan dan isi otak lo normal-normal aja kayak temen yang lain. Cuma begitu berhadapan dengan nilai-nilai pelajaran, emang iya rada miris. Hehehe....
Kalo itu yang lo rasain, barangkali lo musti ngobrol-ngobrol sama seorang psikolog. Soalnya jangan-jangan lo pengidap ADHD alias Attention Deficit & Hiperactivity Disorder.
“ADHD adalah suatu gangguan perkembangan yang munculnya pada usia kanak-kanak. Umumnya muncul sekitar usia 3 tahun. Tapi biarpun munculnya udah dari usia kanak-kanak, biasanya gejalanya baru terlihat setelah si anak gede dan sekolah,” jelas dr. Ika Widyawati, SpKJ, dari Bagian Psikiatri FKUI/RSCM.
GEJALA KHAS ADHD
Deteksi awal seseorang mengidap ADHD atau nggak tuh emang dari sekolah, jack. Orang-orang yang mengidap ADHD rata-rata prestasinya jelek. Kenapa? Soalnya pengidap ADHD susah banget berkonsentrasi. Pas ngedenger guru nerangin terus nggak sengaja di ujung mata terlihat siluet temen di seberang bangku nguap, konsentrasi bisa langsung buyar. Pas nulis catatan terus tiba-tiba ngeliat ada satu semut jalan-jalan di depan buku juga konsentrasi bisa langsung buyar..
“Gangguan konsentrasi ini bukan hanya disebabkan perhatian yang kurang. Tapi bisa juga disebabkan karena hiperaktif atau impulsif,” tutur bu dokter yang kalem ini.
Lo tau dong, orang yang hiperaktif kan nggak bisa diem banget. Tangan-kaki, selalu aja geratakan nggak jelas. Orang lain diem, dia pasti grasa-grusu sambil ngutak-ngatik sesuatu. Kayaknya semua pengen dikerjain dalam waktu bersamaan. Makanya jadi nggak fokus.
Beda ceritanya dengan orang yang impulsif. Menurut dokter Ika, orang yang impulsif dari luar tampilannya bisa jadi keliatan tenang. Di kelas dia bisa duduk diem dengan pandangan mata lurus ke depan, seolah-olah fokus memperhatikan pelajaran. Padahal, pikirannya melayang ke mana-mana. Kebanyakan ngekhayal!
“Kalo diliat dari gejala-gejala di atas, jelas bahwa jeleknya prestasi penderita ADHD bukan karena yang bersangkutan malas atau IQ-nya kurang. Makanya mayoritas penderita ADHD sangat tidak bisa nerima cap negatif itu. Kalo dia tipikal yang agresif ke luar, dia pasti akan ‘menyerang’ setiap ada orang yang ngecap dia seperti itu. Bisa menyerang dengan omongan, bisa juga menyerang secara fisik. Tapi kalo dia tipikal yang agresif ke dalam, jatohnya dia jadi merusak diri sendiri,” kata dokter Ika, serius.
Maksudnya ngerusak diri sendiri, dok?
“Begini. Menurut penelitian yang dilakukan berbagai lembaga yang concern dengan ADHD, ternyata diperoleh data mayoritas pemakai narkoba merupakan pengidap ADHD. Selain itu diketahui juga kalo mereka yang suka melakukan self injury (menyakiti diri sendiri, RED.), banyak pula yang mengidap ADHD. Nah, ngerti apa yang saya maksud dengan menyakiti diri sendiri? Karena udah terlajur dicap negatif, mereka pikir ya udah aja sekalian melakukan hal-hal yang negatif.”
Upss..., gawat dong?!
BISA SEMBUH KOK
Oke, sekarang kita omongin soal penyebabnya. Konon meski gejala ADHD keluar dalam bentuk tingkah laku yang “ajaib”, ternyata penyebab utamanya bukan berasal dari situasi psikologis lho. Yaah, gimana cara ortu mendidik kita plus pengaruh lingkungan emang ikut andil sih. Tapi itu itungannya cuma sebagai pengukuh aja.
“Penyebab utama ADHD adalah kelainan pada neurotransmitter (bahan yang membantu penyaluran rangsang antara dua sel saraf, RED.) di otak. Segala sesuatu yang kita pikirkan dan kita perbuat kan tergantung instruksi dari otak. Tapi dengan adanya kelainan pada neurotransmitter, instruksinya jadi nggak tuntas,” tutur dokter Ika.
Bingung? Sini gue jelasin.
Kalo neurotransmitter itu kita ibaratin sebuah jembatan, maka neurotransmitter yang kelainan ibaratnya jembatan yang terputus di tengah-tengah. Kenapa bisa terputus di tengah-tengah? Soal itu sampe sekarang masih dicari tau sama ahli-ahli kedokteran. Tapi salah satu dugaan karena faktor keturunan alias emang ôcacatö bawaan. Lanjut, lantaran jembatannya terputus di tengah-tengah, pesan dari sel saraf satu ke sel saraf yang lain jadi nggak nyampe. Makanya setiap ngerjain sesuatu, konsentrasi baru kebangun se
Jadi sekarang udah ngerti kan teman-temaaaaaansss...?
Pssst, yang paling penting, kata dokter Ika ADHD bisa disembuhin kok. Lewat terapi medis buat ngebenerin neurotransmitter, dibarengi dengan terapi psikologis yaitu cognitive and behavioral therapy buat ngebenerin konsetrasi dan tingkah lakunya. Cuma berhubung masalahnya kompleks, proses penyembuhannya emang rada lama nih.
“Menurut teori, ketika penderita ADHD mulai diterapi sejak usia dini (mulai kelas 3 SD misalnya), proses terapinya bisa berlangsung hingga umur 19 atau 20 tahun. Tapi kalo menurut pengalaman saya di klinik, 3 sampe 4 tahun menjalani terapi secara kontinyu, gangguan ADHD udah bisa diatasi kok. Cuma jangan harap bisa sembuh 100 persen. Karena biarpun sedikit, gejala ADHD akan menetap seumur hidup.”
Waaa, kacau... kacau! Gimana kalo besok kita rame-rame periksa ke dokter Ika, man?
Selasa, 28 Juni 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar