environment

environment

Gg1

Senin, 31 Oktober 2011

Mengompol yang Meresahkan


Urologi
Mengompol yang Meresahkan
Lusia Kus Anna | Selasa, 1 November 2011 | 06:50 WIB
http://health.kompas.com/read/2011/11/01/06503636/Mengompol.yang.Meresahkan

Anda bersin atau batuk disertai kencing di celana? Atau, dalam sehari bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air kecil sehingga tidur malam pun terganggu? Bisa jadi, Anda mengalami gangguan berkemih.

Gangguan berkemih bermacam-macam. Ada gangguan berkemih karena sumbatan sehingga kencing susah keluar atau gangguan berkemih yang membuat penderita keseringan kencing, bahkan sampai mengompol (inkontinensia).

Meskipun tak mematikan, gangguan berkemih menurunkan kualitas hidup penderitanya, terutama pada kasus mengompol dan berulang kali kencing (overactive bladder). Beban psikologis terberat biasanya menimpa kaum muda usia produktif. Bayangkan, apabila masih bekerja, bertemu klien, atau ada di ruang publik tiba-tiba keinginan kencing tak tertahan sehingga mengompol.

”Rasa tak nyaman akibat basah dan bau pesing dapat menggoyahkan rasa percaya diri penderitanya,” kata Nur Rasyid, dokter spesialis urologi yang juga staf pengajar pada Subbagian Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Nur Rasyid bersama sejumlah dokter spesialis urologi berbicara pada media edukasi Asri Urology Centre di Rumah Sakit Asri, Jakarta.

Sering kencing dan mengompol disebabkan banyak hal, antara lain gangguan pada kandung kemih, ukuran kandung kemih terlalu kecil, otot dasar panggul kendur, sumbatan pada saluran kencing, atau tekanan pada kandung kemih akibat obesitas.

Gangguan saraf juga menyebabkan gangguan berkemih karena saraf inilah yang mengatur kemampuan manusia untuk berkemih. Pada pasien stroke, karena saraf rusak, kehilangan kendali mengontrol kencing.

Kandung kemih adalah kantong penampung air kencing atau urine. Ini seperti balon yang mengempis saat kosong dan menggelembung saat dipenuhi urine.

Urine dihasilkan dari sisa air pada makanan/minuman yang tak diserap tubuh. Dari tubuh, cairan disaring ginjal, lalu ke kandung kemih. Menurut Chaidir A Mochtar, dokter spesialis urologi RSCM, volume normal kandung kemih 300-400 mililiter. Pada kasus tertentu, misalnya infeksi, volume kandung kemih bisa mengecil hingga sisa 100-200 mililiter.

Pada saat berkemih atau kencing, kandung kemih memompa seluruh urine di dalamnya. Tekanan berkemih normal 20-40 cm air tergantung seberapa banyak urine di dalamnya. Apabila tekanan pada kandung kemih mencapai angka tadi, desakan untuk kencing tak bisa ditunda.

Namun, untuk orang dengan sumbatan, akibat gangguan prostat, misalnya, butuh tekanan di atas 50 cm agar urine keluar. ”Dalam kondisi ini biasanya kencing dengan mengejan,” kata Chaidir.

Mereka yang mengalami sumbatan saat berkemih jika tak segera ditangani berisiko merusak ginjal. Tekanan dalam kandung kemih ”kembali” ke ginjal karena urine tak keluar. Ujung-ujungnya ada gangguan ginjal.

Perempuan berisiko

Mengompol dan kencing berlebihan banyak menimpa perempuan. Harrina E Rahardjo, dokter spesialis pada Divisi Urologi FKUI, mengatakan, data International Inkontinensia Society menyebutkan, tahun 2008, 68 juta pria di dunia mengalami gangguan mengompol, sedangkan perempuan 250 juta. “Mereka memprediksi, tahun 2013 angkanya melonjak dua kali lipat karena kasus penyakit degeneratif, seperti stroke dan diabetes, meningkat,” kata dia.

Kenapa perempuan? Secara fisiologis proses berkemih pria dan wanita berbeda. Proses berkemih ditentukan kandung kencing, saluran di bawah kandung kencing, dan dasar panggul. Pada pria, proses kencing “ditahan” prostat dan otot polos. Pada perempuan, kemampuan menahan kemih hanya ditahan otot dasar panggul. Proses berkemih ini diatur saraf di otak. Sebab itu, pada pasien stroke yang sarafnya rusak akan mengalami gangguan berkemih berupa mengompol.

Kekurangan hormon estrogen juga memicu gangguan berkemih perempuan. Biasanya pada perempuan memasuki menopause. ”Estrogen berfungsi menjamin integritas anatomi dan saluran kelamin wanita. Begitu estrogennya turun, integritas jaringan-jaringan di saluran kemih berkurang. Karena itu, perempuan usia lanjut biasanya ’beser’ atau mudah ngompol,” kata Harrina.

Otot dasar panggul yang menahan berkemih pada perempuan juga bisa terganggu akibat melahirkan banyak anak. Rahim turun lalu menekan kandung kemih yang menyebabkan mengompol dan kencing berlebihan.

Pada beberapa kasus, baik pria maupun wanita mengalami gangguan pada kandung kemihnya. Kandung kemih yang berfungsi sebagai pompa bisa melemah saat memompa urine. Akibatnya, ketika berkemih, tak semua urine terbuang. Sisa inilah yang menyebabkan bolak-balik kencing.

Diagnosis

Untuk mendiagnosis gangguan berkemih secara tepat, butuh teknologi yang tepat pula. Teknologi mendiagnosis dengan uroflowmetri atau mengukur pancaran air seni butuh ketelitian dokter luar biasa dan pengertian pasien. ”Dokter bisa tertipu, mengira pancarannya normal karena saat berkemih pasien mengejan. Kebiasaan mengejan ini sudah bertahun-tahun sehingga susah dihilangkan,” kata Chaidir.

Teknologi paling tepat untuk mendiagnosis adalah urodinamik karena cara ini menghasilkan data obyektif. Pemeriksaan urodinamik dilakukan dengan memasukan selang ukuran 2 mm pada kandung kencing yang lalu dihubungkan ke komputer.

Selang lain dengan balon kecil yang bisa mengembang-mengempis dimasukkan ke dubur. Balon ini akan mendeteksi kalau pasien mengejan. ”Dengan urodinamika, kami mendapat gambaran jelas kondisi kandung kemih seperti apa,” kata Chaidir. Diagnosis tepat membantu dokter memutuskan, pasien cukup diobati atau harus dioperasi.


Sumber :
Kompas Cetak

Jumat, 28 Oktober 2011

Alas Tidur Keras Cegah Nyeri Punggung


Alas Tidur Keras Cegah Nyeri Punggung
Lusia Kus Anna | Jumat, 12 Agustus 2011 | 15:53 WIB
http://health.kompas.com/read/2011/08/12/15532656/Alas.Tidur.Keras.Cegah.Nyeri.Punggung

Kompas.com - Nyeri punggung termasuk dalam keluhan yang muncul dan biasanya dipicu oleh aktivitas fisik, kegemukan atau gangguan pada persendian. Meski posisi berbaring bisa mengisirahatkan punggung namun alas tidur yang salah justru akan menyebabkan keluhan nyeri punggung terus berulang.

"Tidur telentang merupakan posisi yang paling sedikit membebani punggung, tetapi alas tidurnya sebaiknya jangan yang terlalu empuk karena alas tidur yang akan mengatur posisi tulang belakang," kata dr.Muki Partono, Sp.OT, ahli ortophedi dari RS.Puri Indah Jakarta.

Kasur atau alas tidur harus menyediakan dukungan yang benar, rata, dan tidak melesak ke dalam. Dengan kata lain, jika Anda tidur di kasur yang terlalu empuk, risiko Anda untuk menderita nyeri punggung lebih besar.

"Tidak sedikit pasien nyeri punggung yang keluhannya berkurang setelah mereka tidur di lantai yang keras. Kasur yang terlalu empuk membuat otot-otot tidak bisa rileks," kata Muki.

Untuk mencegah nyeri punggung, tidurlah dalam posisi telentang dengan mengganjal bantal di bawah lutut. Atau, dalam posisi miring letakkan bantal di antara kedua paha.

Cara lain untuk mencegah dan mengatasi nyeri punggung adalah melakukan peregangan saat bangun tidur. Setelah berbaring tidur selama lebih dari 8 jam lalu tiba-tiba bangkit berdiri bisa menimbulkan cedera. Sebelum bangun, perlahan-lahan regangkan lengan Anda ke atas kepala, kemudian tarik lutut ke arah dada secara bergantian.

Apabila Anda telah siap untuk duduk, bergulirlah ke sisi tempat tidur dan gunakan lengan untuk membantu mengangkat tubuh Anda. Setelah berdiri letakkan tangan pada pantat lalu pelan-pelan condongkan tubuh ke belakang dan depan untuk meregangkan tulang punggung.

Bila nyeri punggung yang Anda rasakan berlangsung lebih dari dua minggu dan semakin parah, segeralah ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

========================
Bedding Hard Barring Pain
Lucia Kus Anna | Friday, August 12, 2011 | 15: 53 WIB
http://health.kompas.com/read/2011/08/12/15532656/Alas.Tidur.Keras.Cegah.Nyeri.Punggung

Kompas.com-back pain are included in the complaints that appear and are usually triggered by physical activity, obesity or disorders of joints. Even if positions lie can mengisirahatkan his back however bedding is wrong precisely will cause complaints of back pain kept recurring.

"Sleep on your back is the position of the least taxing, but alas his sleep should be too tender for bedding that will set the position of the spine," said dr.Muki Partono, SP. OT, ortophedi from RS.Puri Indah, Jakarta.

Mattress or bedding should provide the right support, align, and are not sayings sink down into. In other words, if You sleep on a mattress that is too soft, your risk of suffering back pain.

"There's a bit of a back pain patient complaint is reduced after they sleep on the floor. The mattress was too soft to make the muscles cannot relax, "said Muki.

To prevent back pain, tidurlah in position on her back with a pillow under your knees Scotch. Or, in the sloping position put a pillow between your thighs.

Other ways to prevent and overcome back pain is a stretch when the wake-up. After lying down to sleep for more than 8 hours and then suddenly stood up can cause injury. Before waking up, slowly stretch your arms above the head, then pull the knee toward your chest in turn.

If You're ready to sit down, bergulirlah to the side of the bed and use your arms to help lift your body. After standing put hands on buttocks and then slowly condongkan the body backwards and forwards to stretch the spine.

When back pain you are feeling lasted more than two weeks and getting worse, as soon as possible to the doctor for further handling.

========================

Minggu, 23 Oktober 2011

Mengenal Penyebab Mengompol

Mengenal Penyebab Mengompol
dr Andreas Prasadja, RPSGT * | Asep Candra | Sabtu, 22 Oktober 2011 | 15:09 WIB
http://health.kompas.com/read/2011/10/22/15095211/Mengenal.Penyebab.Mengompol
KOMPAS.com - Ngompol secara medis dikenal dengan sebutan enuresis. Umumnya, enuresis terjadi pada anak-anak, tetapi bisa juga terjadi pada orang dewasa. Hanya saja, pada orang dewasa lebih lazim disebut urinary incontinence.

Pada anak-anak, mengompol adalah bagian dari pertumbuhannya. Anak sedang berlatih untuk mengontrol kandung kencing serta otot-otot serta saraf-saraf kencing. Mengompol sering terjadi pada masa "tatur" dimana anak sedang belajar untuk kencing di toilet. Bahkan mengompol baru dianggap sebagai suatu masalah jika terjadi setelah usia 7 tahun.

Ada dua jenis enuresis pada anak, primer dan sekunder. Primer jika anak memang masih terus mengompol sekurangnya dua kali seminggu. Termasuk sekunder, jika sempat terdapat periode "kering" sekurangnya enam bulan hingga mengompol kembali.

Penyebab

Keterlambatan proses pematangan, di mana kemampuan untuk mengontrol kandung kencing belum matang sempurna merupakan salah satu penyebab mengompol. Anak mengompol bisa juga disebabkan karena ia tak terbangun saat kandung kencing sudah penuh. Ini bisa berkaitan dengan gangguan tidur seperti sleep apnea (mendengkur) atau gangguan-gangguan tidur lain yang menyebabkan proses tidur terpotong-potong.

Mengompol juga keturunan lho! Pada orang tua yang keduanya punya riwayat mengompol, angka kejadian mengompol pada anak 74 persen. Sedangkan pada orang tua yang salah satunya saja yang mengompol di waktu kecil, angka kejadiannya adalah 44%. Bandingkan pada orang tua yang keduanya tak mengompol, kejadiannya hanya 15%.

Enuresis juga lebih sering dialami oleh anak dengan ADHD atau anak-anak dengan keterlambatan perkembangan. Pada beberapa kasus yang jarang, ditemukan juga mengompol yang disebabkan oleh rendahnya kadar vasopresin. Vasopresin adalah hormon anti-diuretik yang artinya berefek menekan produksi kencing. Dengan rendahnya vasopresin, produksi urine bisa dipastikan jadi berlebihan.

Enuresis sekunder bisa menjadi gejala dari adanya penyakit. Misalkan diabetes, infeksi saluran kencing, gangguan sistem saraf, tekanan psikologis atau mendengkur.

Jika anak mengompol

Pahami bahwa ini terjadi diluar kehendaknya. Tak ada gunanya menghukum anak Anda. Biasanya mengompol terjadi pada 2 jam awal tidur. Cara terbaik mencegahnya adalah dengan membiasakannya untuk kencing terlebih dahulu sebelum tidur.

Pengaturan asupan cairan juga penting. Biasakan untuk minum lebih banyak di siang hari, dan mulai kurangi cairan sebelum tidur. Berikut adalah tips-tipsnya :

1. Buat rutinitas ke kamar mandi sebelum tidur. Sertakan ritual sikat gigi, mencuci muka dan dilanjutkan dengan kencing terlebih dahulu.

2. Jika tahu jadwal mengompolnya, bangunkan putra/putri Anda untuk kencing. Beri dia penghargaan untuk setiap malam ia tidak mengompol!

3. Dorong dia untuk menjadi anak "besar" dan tidak perlu menggunakan pampers lagi.

4. Batasi minuman sebelum tidur.

5. Penting juga bagi orang tua untuk bersabar dan lebih memberi perhatian pada anak.

6. Jangan bicarakan tentang kebiasaanya membuat "peta" di ranjang kepada orang lain. Ini bisa membuatnya berkecil hati dan minder. Orang tua juga sebaiknya memperhatikan gejala-gejala lain yang mungkin berhubungan, mendengkur misalnya.

7. Anak yang mendengkur kemungkinan mengalami sleep apnea atau henti nafas saat tidur. Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa 8%-47% anak dengan sleep apnea juga mengompol. Di duga mendengkur akan menyebabkan reaksi berantai yang menyebabkan terganggunya sekresi hormon vasopresin. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa 55%-77% kasus mengompol akan hilang setelah sleep apnea-nya dirawat.

dr Andreas Prasadja, RPSGT Praktisi Kesehatan Tidur, Sleep Disorder Clinic RS Mitra Kemayoran