environment

environment

Gg1

Kamis, 26 Juni 2008

Tuesday 10 June 2008
Bayi Lahir Kerdil dan Prematur Rentan Mengidap Autis
Penelitian terbaru tentang autis, seperti yang ditulis jurnal situs "US News & World Report", 2 Juni kemarin. Pada artikel kesehatan yang ditulis oleh Amanda Gardner itu disebutkan bahwa anak yang lahir dengan berat di bawah normal atau sebaliknya memiliki berat dua kali dari normalnya, berisiko tinggi akan mengidap autis.

Penemuan ini juga telah dibahas secara khusus dalam jurnal kesehatan "Pediatrics" edisi Juni. Dalam jurnal itu disebutkan, risiko terserang gangguan pertumbuhan, seperti yang terjadi pada anak autis, juga akan lebih mudah terkena pada anak perempuan yang memiliki berat badan di bawah berat normal sejak ia dilahirkan.

Hasil studi kasus yang dilakukan oleh para peneliti dari US Centers for Disease Control and Prevention itu, setidaknya telah menguak penyebab kelainan autis yang selama ini masih belum jelas. Namun bukan tidak mungkin dengan adanya penemuan ini akan bermanfaat bagi pasien yang memiliki gejala mirip di masa mendatang.

"Penemuan ini setidaknya telah memberikan kita petunjuk (tentang autis), yang selama ini masih minim. Namun demikian, petunjuk ini bukan juga menjadi alasan segalanya bagi para dokter anak untuk mendiagnosa anak yang diduga mengidap autis," ujar Dr Cindy Molloy, seorang peneliti autis sekaligus asisten professor di bidang kesehatan anak pada "Center for Epidemiology and Biostatistics" pada rumah sakit khusus anak "Cincinnati".

Hasil penemuan ini juga memperkuat alasan kepada para orangtua untuk lebih memberikan pengawasan ekstra terhadap anak yang lahir di bawah ukuran normal, atau untuk anak yang mengalami masalah tingkah laku tentang bagaimana seharusnya mereka diperlakukan, ujar Diana Schendel, tim peneliti kesehatan di "CDC's National Center on Birth Defects and Developmental Disabilities".

Apa yang dinamakan selama ini "spektrum pengidap autis" tak lain adalah gejala berkembangnya kelainan pada anak ditandai dengan masalah komunikasi dan adanya masalah pada sikap bersosialosasi.

Dari hasil data penelitian "National Institute for Neurological Disorders and Stroke", diperkirakan akan selalu ada sekitar tiga dari 1.000 anak yang rentan menderita autis di Amerika. Namun, diperkirakan perkembangannya empat kali lebih cepat daripada anak perempuan.

***


Studi sebelumnya sebenarnya pernah menunjukkan bahwa kelahiran anak di bawah berat normal dan lahir prematur diduga menjadi faktor utama penyebab munculnya gejala autis pada anak. Padahal, alasan yang berkaitan antara kedua faktor dengan autis ini, sebelumnya belum bisa dibenarkan oleh para ahli.

Sebelumnya juga, dari hasil penelitian yang belum lama ini dilakukan para peneliti di Kanada menjelaskan, anak yang lahir prematur dengan berat di bawah normal - sekitar 3, 3 pounds --, seperti terlihat dari hasil tes menunjukkan gejala autis yang lebih positif. Namun dikatakan, penemuan itu pun masih belum bisa dijadikan alasan kuat, dan masih perlu penelitian lebih lanjut.
Namun, alasan itu baru bisa dibenarkan setelah adanya penemuan para ahli kesehatan yang sama di Kanada baru-baru ini. Para ahli kesehatan itu meneliti 565 anak yang mengidap autis yang lahir di kota metropolitan Atlanta antara 1986 hingga 1993 yang memiliki kesamaan beberapa karakter ketidakmampuan seperti yang diderita kebanyakan pengidap autis seperti keterlambatan mental, kelumpuhan otak, gangguan pendengaran dan masalah penglihatan, lalu membandingkan mereka dengan sejumlah anak yang tidak mengidap autis.

Dari keseluruhan penelitian disimpulkan, kelahiran dengan berat di bawah normal erat kaitannya dengan munculnya gejala autis dua kali lipat dibandingkan faktor lainnya. Disimpulkan, bahwa gejala itu lebih rentan terkena pada anak perempuan daripada anak laki-laki.

Juga disimpulkan, bagi semua penderita gejala autis yang sebelumnya lahir dengan berat badan di bawah berat normal, memiliki gejala gangguan pertumbuhan yang lebih tinggi, khususnya pada masalah keterlambatan mental.

Selain itu, ditemukan juga bahwa risiko terkena masalah pertumbuhan (seperti yang terjadi pada pengidap autis) memiliki dampak dua kali lipat lebih besar akan terjadi pada bayi yang lahir prematur, meski sebelumnya risiko ini dikatakan lima kali lebih besar kemungkinannya terjadi pada bayi perempuan.

"Penemuan ini dulu telah menjadi studi pertama yang memiliki cukup banyak sampel untuk membuktikannya kepada bayi perempuan," jelas Molloy. "Dengan adanya penemuan ini, mereka benar-benar sanggup mengungkap fakta sebenarnya tentang perbedaan antara laki-laki dan perempuan."

Bahkan, risiko tinggi terjangkit autis seperti yang terlihat dari kelahiran dengan berat badan di bawah normal dan dampak prematur awalnya tak pernah diduga akan berdampak besar pada gangguan-gangguan, seperti keterlambatan mental, kelumpuhan otak, gangguan pendengaran dan masalah penglihatan.

"Belum jelas alasannya mengapa bayi yang lahir dengan berat badan badan di bawah standar atau juga yang lahir prematur memiliki risiko tinggi akan mengidap masalah-masalah pertumbuhan ini," kata Schendel.

Namun, kedua faktor ini akan menjadi penanda adanya indikasi janin lemah, yang menjadi masalah adanya gangguan syaraf yang memperlambat pertumbuhannya. Dengan kata lain, bayi yang lahir dengan ukuran kerdil atau prematur memiliki kaitan erat dengan faktor-faktor yang dapat membahayakan pertumbuhan syaraf janin, seperti terjadinya infeksi selama masa kehamilan, kata Schendel.

usnews.com | Global
Oleh Redaksi Web - Tuesday 10 June 2008 - 10:45:13

Dunia Sunyi Sendiri Oskar

Liza Desylanhi

Walau tertatih, pria ini mampu bangkit dari kungkungan autis. Kini ia menjadi penulis.

Sekilas Oscar Yura Dompas tak berbeda dari pria lain. Bedanya, jika berbicara, pria yang biasa cas-cis-cus dalam bahasa Inggris ini selalu tegas, formal, dan terstruktur. Terkadang ia hanya mengulang-ngulang suatu kalimat. Perhatiannya hanya tertuju pada satu objek. Matanya selalu tertuju pada satu hal saja, seolah-olah melihat benda gaib.

Oscar mengalami autisme, gejala kejiwaan yang ditandai dengan ketidakpedulian pada orang lain. Orang-orang seperti Oscar selalu kesulitan berkomunikasi dengan orang lain. Mereka hanya asyik dengan diri sendiri.

Setelah berjuang keras, Oscar bisa berkomunikasi seperti orang lain. Lulusan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Atmajaya Jakarta ini ingin berbagi dengan masyarakat bagaimana menghadapi orang autis. Tahun 2005 lalu ia menulis buku An Austistic Journey, mengenai pengalamannya sebagai autis. "Kalau orang yang nggak tahu pendidikan, pasti bilang anak autis itu gila," kata Oscar, 27 tahun. "Orang autis itu punya kelebihan tertentu juga."

Sikapnya yang polos dan cuek membuat pria berbadan gempal ini menjadi sasaran keisengan teman-temannya. Pengagum tokoh Bart dalam film The Simpsons ini bahkan pernah dijerumuskan teman-temannya saat ulangan. "Kalau kamu mau kayak Bart, nilai ulangan kamu harus digugurkan semua, biar dapat nilai jelek," kata teman-temannya. Oscar pun menurut. "Padahal, aku tahu jawabannya," katanya. Akibatnya prestasi sekolah Oscar jeblok. Peringkatnya terjun bebas dari 6 ke 33.

Layaknya penyandang autis lain, pria yang tinggal di Rempoa, Jakarta Selatan, ini punya energi besar. Untuk menyalurkan energi berlebihnya itu, keluarganya menyodori Oscar seabrek kegiatan sepanjang hari. Ada pelajaran tambahan, les renang, taekwondo, tenis meja, dan bola basket.

Memasuki sekolah menengah pertama, sulung dari tiga bersaudara ini belum juga bisa bergaul. Ia tetap menjadi sasaran ejekan teman-temannya. Namun, Oscar mulai jatuh cinta pada seorang gadis teman sekelas. Gejolak asmara di dada mendorong Oscar memberanikan diri menyampaikan cintanya saat study tour ke Yogyakarta menjelang kelulusan SMP Tarakanita Jakarta. "Jawabnya, nggak papa, dech. Kita boleh coba," tutur Oscar. Tapi hubungan asmara itu hanya berlangsung sebulan.

Pria berdarah campuran Manado-Banten ini melanjutkan studi di SMU Pangudiluhur 1, Jakarta Selatan. Ternyata lingkungan baru tak bersahabat. Oscar semakin sering jadi bahan ejekan. "Saya dibilang mormon," katanya. "Sakit hati, tapi nggak bisa marah."

Bahkan, para guru juga sering memukuli Oscar. Penggemar sejarah ini mengaku kesulitan menyerap pelajaran geografi dan kesenian di SMU. "Nggak bisa gambar, nggak bisa not balok," katanya.

Oscar pun tak naik kelas. Akhirnya Oscar dikirim sekolah ke Australia. Di Negeri Kangguru itu Oscar tinggal dengan induk semang yang mendukungnya untuk belajar mandiri. Tapi bukan berarti sekolahnya lancar. Teman-teman sesama asal Indonesia suka memanfaatkan Oscar. Mereka suka meminjam uang dan tak mengembalikan. Mereka gunakan uang itu untuk bisnis obat terlarang. Oscar pun mulai kenal dan mengonsumsi ganja dan heroin. Karena orang tuanya tahu, mereka memanggil pria berkulit gelap ini pulang. Tapi Oscar akhirnya balik ke Australia untuk melanjutkan sekolah.

Lulus SMU Oscar melanjutkan ke Williams Business College di utara Sidney. Karena depresi, dia hanya bertahan tiga bulan. "Karena dapat orang tua asuh yang perfeksionis," katanya.

Sepulang dari Autralia, Oscar menjadi pribadi yang sensitif dan temperamental. Ia suka marah-marah. Namun dia berjuang keras mengatasi masalah itu. Secara perlahan akhirnya ia berhasil mengendalikan emosinya. Pada tahun 200 Oscar melanjutkan ke Universitas Atma Jaya Jakarta. Ia pun berhasil menamatkan studi di kampus ini.

Kini Oscar sedang menulis buku kedua. Ia juga ingin menjadi jurnalis. Akhir April lalu ia terbang ke Singapura untuk mencari pekerjaan. Sebelumnya ia belajar menjadi penyiar radio di Jakarta. "Asyik, suasananya nggak formal," ujarnya.

Orang tua Oscar, Jeffrey dan Ira Dompas, semula tak menyadari anak sulung mereka mengalami autis. Mereka baru menyadari saat Oscar berusia tiga tahun. Setiap orang tuanya pulang kantor, Oscar kecil tak pernah menyambut, tidak seperti adiknya, Nikita. "Saat saya samperin ke kamarnya, dia lagi asyik main sendiri," kata Ira. Selain itu, Oscar juga bergerak terus. Sampai dini hari pun Oscar balita tak bisa tidur.

Jefry dan Ira berkonsultasi pada ahli kejiwaan. Ahli itu menganjurkan agar memberikan obat penenang, tapi Ira menolak. "Anak kecil kok dimasukin obat-obatan," katanya. Ira pun beralih ke dokter lain. Dokter itu menyarankan agar Oscar diberi sayur kangkung sebagai pengganti obat tidur. Aktivitasnya di siang hari juga ditambah agar malamnya tidur nyenyak.

Jefry melatih kosentrasi Oscar dengan cara menyalakan lilin di ruang gelap berdua. "Saya hadapkan Oscar untuk melihat lilin pertama. Dia bosan, kasih lilin kedua. Dia bosan juga, kasih lilin pertama lagi," kata pengusaha pelayaran ini. "Itu saya lakukan konsisten."

Ira yang waktu itu bekerja sebagai sekretaris terpaksa meninggalkan pekerjaannya untuk mengurus Oscar. Jefry yang saat itu masih kuliah harus meninggalkan bangku kuliahnya. "Kini kami mencarikan pekerjaan yang tepat untuk Oscar," kata Ira yang sekarang menjadi praktisi hukum.

Beruntunglah Oscar mempunyai orang tua yang mengerti, sabar, dan telaten membimbing anaknya yang menyandang autis. Bocah-bocah penyandang autis lainnya mungkin bernasib lain. Bahkan, dulu orang-orang autis dianggap kerasukan roh atau makhluk gaib, sehingga sering dipasung keluarganya. Pandangan seperti itu masih kuat di masyarakat yang kurang pendidikan.

Menurut pendiri Yayasan Autis Indonesia, Dyah Puspita, autisme bukanlah penyakit, sehingga tak perlu dicari obatnya. Perhatian orang tua merupakan kunci untuk mengatasi autisme. "Mereka berpikir nggak apa-apa, sampai akhirnya terlambat," kata Dyah. "Saya minta orang tua belajar mengenali kondisi anaknya." (E2)

©2008 VHRmedia.com

Jumat 27 Juni 2008 10:56
Kisah 2 Anak Berbakat (2)

Jangan pustus asa punya anak autis. Asal penangannya benar, mereka bisa berprestasi.

ARYA: KERETA API DI DALAM LAUT

Jari-jarinya bergerak lincah mencoret-coret kertas dengan pensil. Tak sampai 30 menit, sebuah sketsa
perspektif dengan obyek kereta api (KA) pun selesai ia buat. Ya, Arya Dwi Pramudita (13) memang sangat piawai menggambar, khususnya gambar dengan obyek KA. Sekilas, tak ada yang bakal menduga ia adalah anak dengan autis.

Arya juga sangat terobsesi pada KA. Hampir semua lukisannya berobyek KA, termasuk lukisan cat minyak di atas kanvas. Minat dan bakat melukis Arya mulai terlihat sejak kecil.

Ketika TK, ia hobi menggambar di tembok. "Saya kasih kertas, tapi karena kurang besar, akhirnya ia corat-coret tembok rumah. Makin besar, gambarnya makin matang dan teknis. Dia bisa menggambar perspektif KA dengan baik, padahal enggak pernah diajarin," kata sang ibunda, Dr. Kristina Wardhani (48).

Di usia 2-3 tahun, Arya sudah bisa membikin segitiga lurus tanpa menggunakan penggaris, juga lingkaran bulat yang kedua ujungnya bertemu. Menurut Kristin, umumnya, anak-anak seperti Arya memang tak pernah punya permintaan. "Kalau bukan kita yang aware, jeli melihat potensinya, mereka bakal terlantar."

Suatu ketika, Kristina melihat Arya memencet-mencet keyboard. "Saya pikir, mungkin ia suka keyboard. Saya masukkan dia ke sekolah musik sampai ikut konser segala. Tapi sampai satu titik, ia jenuh dan berhenti. Ya sudah, saya nggak mau memaksa. Kemudian Ia menekuni gambar lagi.

Makanya saya masukkan ia ke kursus." Kristina hanya ingin melatih motorik sekaligus menyalurkan bakat Arya. "Melukis itu kan, bisa melatih motorik dan konsentrasi. Kalau itu sudah tercapai, terserah dia, apakah akan menjadikannya sebagai jalan hidupnya kelak," kata dokter yang meninggalkan tugas kedinasan demi merawat Arya.

Sayangnya, kebanyakan kursus melukis ternyata diperuntukkan bagi anak-anak normal. "Sementara Arya kalau sudah punya satu konsep, enggak bisa dibelokkan. Disuruh gambar ikan, ia menggambar kereta api. Disuruh gambar laut, menggambar laut, tapi di dalamnya tetap ada KA-nya," lanut Kristina tertawa.

Dua tahun lalu, barulah Kristina menemukan guru menggambar yang tepat buat Arya. "Begitu melihat gambar Arya, gurunya langsung bilang ‘Kita langsung pakai cat minyak saja, Bu.

Dia sudah menguasai tekniknya, saya nggak mau buang-buang waktu." Belakangan, setelah masuk SMP, Arya mogok enggak mau melukis di atas kanvas lagi. "Melukis di kanvas butuh waktu, katanya. Kalau sketsa, ia masih terus bikin."
Sekarang, siswa kelas 7 SMP Al Azhar 6 Jakapermai, Bekasi, ini juga mulai tertarik bergaul dengan teman sebayanya. Bagi Kristina, inilah yang ia tunggu-tunggu. "Sebelumnya, ia susah bergaul dengan anak sebaya. Selalu mencari anak yang lebih tua.

Mungkin karena lebih bisa ngemong, ya. Ia tak pernah bisa masuk ke kelompok sebayanya. Pola berbahasa Arya sangat baku, beda dengan bahasa anak ABG. Anak lain suka HP, dia tidak. Lebih ke teknologinya. Yang lain suka game komputer, dia tidak. Tapi, bacaannya majalah CHIP. Kan, enggak nyambung."

Nah, setelah SMP, ternyata ia mulai bisa bercanda dengan teman sebaya. "Bisa mulai pakai kata-kata "lu - gue," mulai menyerap idiom anak-anak sebayanya. Buat saya ini sign positif, karena ini berarti ia tidak terlalu jauh dengan anak sebaya, meski tidak akan sama."

MODIFIKASI TERAPI
Kristina sendiri mulai mendeteksi kelainan Arya ketika Arya berusia 20 bulan. Kecurigaan Kristina muncul begitu mendapati kepandaian bicara Arya lenyap. "Itu muncul setelah Arya dapat vaksin MMR di usia 15 bulan. Mungkin sudah ada kecenderungan kelainan genetis, sel-sel otaknya sangat sensitif terhadap merkuri. Begitu dapat MMR, ia berhenti ngoceh."

Curiga, Kristina langsung ke dokter. Waktu itu Kristina belum yakin Arya punya kelainan. "Saya cari di internet. Tapi, makin ke sini, kok, makin aneh. Ia selalu menghindari keramaian, takut suara bising. Saya bawa tes terapi wicara. Dicurigai autisma, tapi IQ-nya di atas rata-rata. Ini membuat saya agak tenang karena bukan jenis yang retarded." Ketika di-EEG, gambaran gelombang otaknya memang sangat tidak normal.

Setelah itu, Kristina bertemu dr. Melly Budhiman."Kami juga dikonsul. Kami bilang, tidak akan melihat ke belakang, tapi akan melihat ke depan. Kebanyakan orang tua tidak mau menerima kenyataan anaknya autis. Saya memang syok, tapi saya pikir, pasti ada pemecahannya. Sembuh mungkin tidak, tapi membaik bisa.

Saya tidak mau mencari penyebabnya, tidak mau menoleh ke belakang." Apalagi, sang suami, Ir. Sigit Sumaryanto, waktu itu baru kena PHK. "Daripada uang habis untuk mencari penyebabnya, mendingan buat invest, buat terapi dan masa depan dia," lanjut Kristina panjang lebar.

Setelah terapi di kelas, Kristina mulai memodifikasi sendiri terapi di rumah. "Menangani anak seperti ini harus dengan manajemen. Semua anggota keluarga adalah terapis.

Kebetulan kakaknya kuliah psikologi, jadi membantu. Di sekolah, teman-teman dan orangtua murid lain saya minta ikhlas menerima kondisi Arya dan membantu. Jadi, saya merasa tidak harus selalu hadir di samping dia."

Tempat terapi bisa di mana saja. "Ia takut keramaian, kami bawa ia ke mal dari sebelum buka sampai mal dalam keadaan ramai. Lama-lama ia terbiasa. Ia takut air, kami ajak ia 2 minggu sekali ke Anyer. Ia selalu bilang, air akan menjatuhi dirinya. Kalau di kamar mandi, ia selalu menjerit-jerit."

Lantas, kenapa Arya terobsesi kereta api? "Sejak kecil, memang. Rumah eyangnya di Yogya kebetulan dekat dengan depo KA. Nah, waktu kecil ia suka diajak pulang ayahnya," kata Kristina. Meski terobsesi KA, ternyata Arya tidak suka naik KA. "Kalau di kereta, ia gelisah. Begitu sampai di stasiun, ia langsung turun untuk melihat KA-nya. Ia lebih suka berada di luar KA karena ia bisa melihat sosok KA-nya," kata Kristina yang hampir setiap tahun mengajak Arya ke Museum KA di Ambawara.

Arya juga tak menyukai mainan KA. Ia lebih suka buku tentang KA. "Ia juga langgganan majalah KA. Belakangan, ia suka mengomentari kebijakan PT KAI," kata Kristina. Ketika ditanya cita-citanya, Arya tegas menjawab, "Pengin mengabdikan diri di KAI."

Hasto Prianggoro

Foto: Daniel Supriyono/Nova
Kamis 26 Juni 2008 12:39
Kisah Dua Anak Istimewa Berprestasi (1)

Jangan pustus asa punya anak autis. Asal penangannya benar, mereka bisa berprestasi.

OSHA, OBSESI SANG ARKEOLOG
Bola matanya langsung berbinar begitu diajak berbicara tentang candi atau peninggalan budaya lainnya. "Saya suka sejarah, suka mempelajari artefak," kata Natrio Catra Yososha atau Osha (18). Osha mulai tertarik bidang sejarah sejak kelas 4 SD. "Waktu itu diajak Bapak liburan ke Yogya, ke candi Borobudur, ke Kraton Yogyakarta," kata Osha.

Sekilas, tak ada yang membedakan Osha dengan remaja seusianya. Yang tak diketahui orang, Osha adalah anak dengan autis. Hebatnya, Osha berhasil lolos tes masuk UGM dan diterima sebagai mahasiswa Jurusan Arkeologi UGM tahun ajaran 2008/2009, jurusan yang sejak lama menjadi obsesinya.

Kini, giliran sang ibunda, Hernywati, yang bingung jika harus berpisah dengan Osha. "Rasanya campur aduk. Seneng, bangga, terharu, pasti iya, tapi juga panik. Jauhnya itu nanti bagaimana?" kata Hernywati yang tinggal di Bekasi. "Saya sih, penginnya kalau bisa yang deket-deket saja. Osha memang sudah mandiri, tapi ia tidak bisa membedakan mana orang yang mau memanfaatkan, mana yang tulus. Tapi, barangkali Tuhan punya rencana lain, ya?"

Osha memang memilih sendiri jurusan Arkeologi. "Dia yang ngotot ikut tes di UGM. Saya pikir, kalau diterima syukur, kalau enggak ya sudah. Eh, ternyata diterima," lanjut Hernywati. "Saya tahu persis, minatnya memang ke sejarah. Ia pernah bilang, ‘Wah, kalau dapet Arkeologi di Yogya asyik, nggak usah nunggu Bapak libur, aku jalan-jalan sendiri ke candi-candi.'" Kata Hernywati.

Sejak SD, nilai sejarah Osha juga terbilang bagus. Setiap liburan, museum pasti dikunjunginya. "Semua museum di Jakarta dia hapal. Makanya, kalau ulang tahun, nyari hadiahnya juga gampang. Beliin saja buku atau VCD tentang muiseum," kata Hernywati.

VIRUS CITOMEGALO
Wajar jika Hernywati gundah. Hampir 16 tahun ia melewati masa-masa sulit membesarkan Osha. Sejak Osha bayi, ibu 3 anak ini sudah merasa ada yang aneh dengan Osha. "Sejak bayi, minat sempitnya sudah kelihatan. Ia sangat suka segala hal yang berhubungan dengan agama Islam. Setiap dengar suara azan, dia langsung menghentikan semua aktivitasnya dan terdiam sampai azan selesai," kata Hernywati. Di usia 1,5 tahun, kalau berjalan atau berlari seperti kurang kendali. Sering membentur benda yang menghalangi jalan atau larinya.

Setelah mulai besar, Osha makin tertarik dengan ornamen-ornamen Islam, seperti mesjid, sajadah, dan huruf Arab. "Belum bisa omong, tapi seneng banget ngikutin ritual salat. Ia juga kolektor sajadah. Kalau saya ajak ketempat belanja, pasti ia minta dibelikan sajadah. Kalau tidak dibelikan, Osha bisa menangis. Ia juga lebih bisa membaca kaligrafi Al-Qur'an dibandingkan hurup atau angka latin. "

Saat itu, "Ngocehnya banyak, tapi nggak ada artinya. Nyanyinya benar, tapi nggak ada kata-kata yang jelas. Saya sudah curiga, tapi saya pikir barangkali perkembangannya memang lain. Kalau minta sesuatu juga selalu menarik tangan, bukan bilang. Saya pikir, apa dia bisu?"
Oleh dokter, disarankan observasi ke RSCM. "Hasilnya normal.

Malah daya dengarnya di atas orang normal. Berarti bukan karena tuli. Hasil pemeriksaan EEG-nya juga normal, hanya telat bicara. Saya bingung," lanjut Hernywati yang sempat mengalami konflik dengan suami, mertua, dan keluarga besar akibat kegelisahannya akan kondisi Osha. "Saya dianggap terlalu pencemas."

Osha kemudian dibawa ke dokter saraf. "Kata dokter, Osha pernah terinfeksi citomegalo virus sehingga ada kerusakan permanen di otaknya. Dokter bilang, jangan terlalu memaksakan sekolah. Kalau cuma mampu sampai SMP, ya sudah."

Saat itu, Hernywati belum bisa menerima kenyataan. "Saya masih terus nanya, kenapa itu bisa terjadi? Dokter kemudian nanya, apakah saya mau berjalan di tempat, sibuk mencari tahu penyebabnya, atau segera mencari jalan keluar. Akhirnya saya baru sadar, saya harus mencari tahu apa yang harus kulakukan untuk Osha," lanjut Hernywati yang kemudian meninggalkan semua kegiatannya dan fokus merawat Osha.

TITIK BALIK
Melalui berbagai halangan, termasuk ditolak di mana-mana, Osha akhirnya berhasil diterima di TK Bu Kasur. "Persoalan muncul begitu mau masuk SD. Lagi-lagi, nggak ada sekolah yang mau menerima," kata Hernywati. "Sampai akhirnya Allah mendengar doa saya dan mengulurkan tangan lewat Bapak Sudarmo, Kepala Sekolah SD Al Azhar 9 Kemang Pratama. Beliau menerima Osha di SD-nya." Dua tahun pertama di SD merupakan tahun-tahun berat buat Hernywati dan Osha. "Nyata sekali, perkembangannya jauh tertinggal dari teman-temannya. Hampir semua nilainya jeblok."

Titik balik muncul di tahun terakhir Osha di kelas 2 ketika Hernywati dipertemukan dengan 2 sosok yang punya andil besar pada perkembangan Osha. Mereka adalah Dr. Melly Budhiman yang mendiagnosa Osha sebagai anak dengan autis, dan kemudian memberikan obat untuk Osha, serta Ibu Ages, pedagog yang membantu sisi akademik Osha.

Sejak itu, perkembangan Osha mulai meningkat. "Setelah mendapat treatment yang tepat, pestasi akademiknya meningkat. Kelas 3 peringkatnya bagus. Kelas 5, ia mendapat piagam untuk Kliping Sejarah," lanjut Hernywati. Waktu SMP, Osha pernah duduk sebagai pengurus OSIS Seksi Kesenian. "Rankingnya juga selalu 10 besar." Bahkan, Osha baru saja lulus UAN dengan nilai rata-rata 8,2 dan mendapat piagam penghargaan untuk karya tulis IPS terbaik seangkatan dengan judul "Akulturasi Kebudayaan Hindu - Budha di Indonesia."

Kini, Osha sedang menyiapkan diri menghadapi tes masuk UI dengan mengikuti bimbingan belajar. "Jurusan yang diambil tetap Arkeologi den Sastra Jawa," kata Hernywati. "Tapi, sekarang ia juga punya minat baru, yakni berusaha mencari tahu, apa sih, autisme."

Hasto Prianggoro

Foto: Daniel Supriyono/ Nova(tabloid nova)

Web Browser Untuk Anak Autis/Autism

AW Corner
Rabu, 11-Juni-2008; 08:32:43 WIB
Web Browser Untuk Anak Autis
( 0 Komentar )
Oleh : Team Andriewongso.com

Zac BrowserInternet memang sudah menjadi kebutuhan orang banyak untuk mencari informasi yang dibutuhkan. Begitu pula dengan anak-anak yang ingin mendapatkan informasi dan permainan dari internet. Namun bagaimana jika anak-anak penyandang autis ingin berinternet? Navigasi komputer yang terstruktur tentu akan menyulitkan mereka.


Hal ini pula yang dialami oleh John LeSieur, seorang kakek yang memiliki cucu penyandang autis. Sang kakek melihat cucunya kesulitan mengakses internet karena keterbatasan kemampuannya. Untuk itu, LeSieur mengembangkan web browser yang dipersembahkan untuk sang cucu, Zackary. Browser yang diberi nama Zac Browser For Autistic Children ini memiliki fitur-fitur yang sederhana sehingga memungkinkan anak-anak penyandang autis untuk mengekspolari halaman web.

Zac Browser Ada beberapa fungsi yang ditiadakan oleh LeSieur seperti tombol print screen atau tombol klik kanan. Ukuran tombol-tombol ikon pun di buat lebih besar dan lebih sederhana dari pada biasanya. Untuk memudahkan akses, LeSieur juga menggunakn tanda yang mudah dikenali seperti gambar bola untuk mengakses game atau gambar buku untuk teks cerita anak-anak.


Zac Browser Karena web ini didesain untuk anak-anak, tentu saja ada filter yang menyaring materi-materi yang tidak layak untuk anak-anak seperti materi kekerasan, seksual, maupun konten-konten untuk orang dewasa. Web ini juga dilengkapi dengan link untuk ke web-web yang menyediakan game, musik, dan hiburan mendidik. LeSieur juga meminimalisasi animasi yang bergerak-gerak agar anak autis lebih nyaman saat mengaksesnya.

Tentu saja, web browser ini tidak hanya dapat dinikmati oleh Zackary, cucu LeSieur saja. Bagi Anda yang juga menginginkan akses ke browser ini, buka saja www.zacbrowser.com. Tertarik?

Click to download Zac Browser with Installer.

Click to download Zac Browser- No installer - Just

Updated June, 1st juin 2008 (version 1.1.5)
Compatible with Windows Vista - XP - 2000 - ME - 98

As seen in




Kamis, 19 Juni 2008

Pemilihan Dewan Pengawas Wikimedia Foundation akan berakhir 23:59, 21 Juni 2008 (UTC). Berikan suara!
Log masuk global telah dibuka. Anda dapat mengubah akun Anda menjadi akun global.
Pendaftaran peserta Wikimania 2008 telah dibuka hingga 10 Juli 2008.

Kedelai

Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

(Dialihkan dari Kacang kedelai)
Langsung ke: navigasi, cari
Kedelai

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Plantae
Filum: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae
Subfamili: Faboideae
Genus: Glycine
(L.) Merr.
Spesies

Glycine max
Glycine soja

Biji kedelai
Biji kedelai

Kedelai (kadang-kadang ditambah "kacang" di depan namanya) adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe. Berdasarkan peninggalan arkeologi, tanaman ini telah dibudidayakan sejak 3500 tahun yang lalu di Asia Timur. Kedelai putih diperkenalkan ke Nusantara oleh pendatang dari Cina sejak maraknya perdagangan dengan Tiongkok, sementara kedelai hitam sudah dikenal lama orang penduduk setempat. Kedelai merupakan sumber utama protein nabati dan minyak nabati dunia. Penghasil kedelai utama dunia adalah Amerika Serikat meskipun kedelai praktis baru dibudidayakan masyarakat di luar Asia setelah 1910.

[sunting] Keanekaragaman dan budidaya

Kedelai yang dibudidayakan sebenarnya terdiri dari paling tidak dua spesies: Glycine max (disebut kedelai putih, yang bijinya bisa berwarna kuning, agak putih, atau hijau) dan Glycine soja (kedelai hitam, berbiji hitam). G. max merupakan tanaman asli daerah Asia subtropik seperti RRC dan Jepang selatan, sementara G. soja merupakan tanaman asli Asia tropis di Asia Tenggara. Tanaman ini telah menyebar ke Jepang, Korea, Asia Tenggara dan Indonesia.

Beberapa kultivar kedelai putih budidaya di Indonesia, di antaranya adalah 'Ringgit', 'Orba', 'Lokon', 'Darros', dan 'Wilis'. "Edamame" adalah sejenis kedelai berbiji besar berwarna hijau yang belum lama dikenal di Indonesia dan berasal dari Jepang.

Kedelai dibudidayakan di lahan sawah maupun lahan kering (ladang). Penanaman biasanya dilakukan pada akhir musim penghujan, setelah panen padi. Pengerjaan tanah biasanya minimal. Biji dimasukkan langsung pada lubang-lubang yang dibuat. Biasanya berjarak 20-30cm. Pemupukan dasar nitrogen dan fosfat diperlukan, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen tidak memberikan keuntungan apa pun. Lahan yang belum pernah ditanami kedelai dianjurkan diberi "starter" bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum untuk membantu pertumbuhan tanaman. Penugalan tanah dilakukan pada saat tanaman remaja (fase vegetatif awal), sekaligus sebagai pembersihan dari gulma dan tahap pemupukan fosfat kedua. Menjelang berbunga pemupukan kalium dianjurkan walaupun banyak petani yang mengabaikan untuk menghemat biaya.

[sunting] Pemerian

Kedelai dikenal dengan berbagai nama: sojaboom, soja, soja bohne, soybean, kedele, kacang ramang, kacang bulu, kacang gimbol, retak mejong, kaceng bulu, kacang jepun, dekenana, demekun, dele, kadele, kadang jepun, lebui bawak, lawui, sarupapa tiak, dole, kadule, puwe mon, dan gadelei. Berbagai nama ini menunjukkan bahwa kedelai telah lama dikenal di Indonesia.

Kedelai merupakan terna dikotil semusim dengan percabangan sedikit, sistem perakaran akar tunggang, dan batang berkambium. Kedelai dapat berubah penampilan menjadi tumbuhan setengah merambat dalam keadaan pencahayaan rendah. Kedelai, khususnya kedelai putih dari daerah subtropik, juga merupakan tanaman hari-pendek dengan waktu kritis rata-rata 13 jam. Ia akan segera berbunga apabila pada masa siap berbunga panjang hari kurang dari 13 jam. Ini menjelaskan rendahnya produksi di daerah tropika, karena tanaman terlalu dini berbunga.

Biji

Biji kedelai berkeping dua, terbungkus kulit biji dan tidak mengandung jaringan endospperma. Embrio terletak diantara keping biji. Warna kulit biji kuning, hitam, hijau, coklat. Pusar biji (hilum) adalah jaringan bekas biji melekat pada dinding buah. Bentuk biji kedelai umunya bulat lonjong tetapai ada pula yang bundar atau bulat agak pipih.

Kecambah

Biji kedelai yang kering akan berkecambah bila memperoleh air yang cukup. Kecambah kedelai tergolong epigeous, yaitu keping biji muncul diatas tanah. Warna hipokotil, yaitu bagian batang kecambah dibawah kepaing, ungu atau hijau yang berhubungan dengan warna bunga. Kedelai yang berhipokotil ungu berbunga ungu, sedang yang berhipokotil hijau berbunga putih. Kecambah kedelai dapat digunakan sebagai sayuran (tauge).

Perakaran

Tanaman kedelai mempunyai akar tunggang yang membentuk akar-akar cabang yang tumbuh menyamping (horizontal) tidak jauh dari permukaan tanah. Jika kelembapan tanah turun, akar akan berkembang lebih ke dalam agar dapat menyerap unsur hara dan air. Pertumbuhan ke samping dapat mencapai jarak 40 cm, dengan kedalaman hingga 120 cm. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpunya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, akar tanaman kedelai juga merupakan tempat terbentuknya bintil-bintil akar. Bintil akar tersebut berupa koloni dari bakteri pengikat nitrogen Bradyrhizobium japonicum yang bersimbiosis secara mutualis dengan kedelai. Pada tanah yang telah mengandung bakteri ini, bintil akar mulai terbentuk sekitar 15 – 20 hari setelah tanam. Bakteri bintil akar dapat mengikat nitrogen langsung dari udara dalam bentuk gas N2 yang kemudian dapat digunakan oleh kedelai setelah dioksidasi menjadi nitrat (NO3).

Batang

Kedelai berbatang dengan tinggi 30–100 cm. Batang dapat membentuk 3 – 6 cabang, tetapi bila jarak antar tanaman rapat, cabang menjadi berkurang, atau tidak bercabang sama sekali. Tipe pertumbuhan batang dapat dibedakan menjadi terbatas (determinate), tidak terbatas (indeterminate), dan setengah terbatas (semi-indeterminate). Tipe terbatas memiliki ciri khas berbunga serentak dan mengakhiri pertumbuhan meninggi. Tanaman pendek sampai sedang, ujung batang hampir sama besar dengan batang bagian tengah, daun teratas sama besar dengan daun batang tengah. Tipe tidak terbatas memiliki ciri berbunga secara bertahap dari bawah ke atas dan tumbuhan terus tumbuh. Tanaman berpostur sedang sampai tinggi, ujung batang lebih kecil dari bagian tengah. Tipe setengah terbatas memiliki karakteristik antara kedua tipe lainnya.

Bunga

Bunga kedelai termasuk bunga sempurna yaitu setiap bunga mempunyai alat jantan dan alat betina. Penyerbukan terjadi pada saat mahkota bunga masih menutup sehingga kemungkinan kawin silang alami amat kecil. Bunga terletak pada ruas-ruas batang, berwarna ungu atau putih. Tidak semua bunga dapat menjadi polong walaupun telah terjadi penyerbukan secara sempurna. Sekitar 60% bunga rontok sebelum membentuk polong.

Buah

Buah kedelai berbentuk polong. Setiap tanaman mampu menghasilkan 100 – 250 polong. Polong kedelai berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Selama proses pematangan buah, polong yang mula-mula berwarna hijau akan berubah menjadi kehitaman.

Daun

Pada buku (nodus) pertama tanaman yang tumbuh dari biji terbentuk sepasang daun tunggal. Selanjutnya, pada semua buku di atasnya terbentuk daun majemuk selalu dengan tiga helai. Helai daun tunggal memiliki tangkai pendek dan daun bertiga mempunyai tangkai agak panjang. Masing-masing daun berbentuk oval, tipis, dan berwarna hijau. Permukaan daun berbulu halus (trichoma) pada kedua sisi. Tunas atau bunga akan muncul pada ketiak tangkai daun majemuk. Setelah tua, daun menguning dan gugur, mulai dari daun yang menempel di bagian bawah batang.

[sunting] Produk olahan dari kedelai

Di Indonesia, kedelai menjadi sumber gizi protein nabati utama, meskipun Indonesia harus mengimpor sebagian besar kebutuhan kedelai. Ini terjadi karena kebutuhan Indonesia yang tinggi akan kedelai putih. Kedelai putih bukan asli tanaman tropis sehingga hasilnya selalu lebih rendah daripada di Jepang dan Cina. Pemuliaan serta domestikasi belum berhasil sepenuhnya mengubah sifat fotosensitif kedelai putih. Di sisi lain, kedelai hitam yang tidak fotosensitif kurang mendapat perhatian dalam pemuliaan meskipun dari segi adaptasi lebih cocok bagi Indonesia.

Kedelai merupakan tumbuhan serbaguna. Karena akarnya memiliki bintil pengikat nitrogen bebas, kedelai merupakan tanaman dengan kadar protein tinggi sehingga tanamannya digunakan sebagai pupuk hijau dan pakan ternak.

Pemanfaatan utama kedelai adalah dari biji. Biji kedelai kaya protein dan lemak serta beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin (asam fitat) dan lesitin. Olahan biji dapat dibuat menjadi

  • tahu (tofu),
  • bermacam-macam saus penyedap (salah satunya kecap, yang aslinya dibuat dari kedelai hitam),
  • tempe
  • susu kedelai (baik bagi orang yang sensitif laktosa),
  • tepung kedelai,
  • minyak (dari sini dapat dibuat sabun, plastik, kosmetik, resin, tinta, krayon, pelarut, dan biodiesel.
  • taosi
  • tauco




kacang kedelai

http://www.google.com/search?q=cache:pVgepUPvrl8J:www.intra-online.com/tentang_susu_kedelai.doc+kacang+kedelai+kalsium&hl=id&ct=clnk&cd=2&gl=id